
MEULABOH – UTU | Universitas Teuku Umar merupakan salah satu perguruan tinggi negeri yang setiap tahunnya mendapatkan pendanaan dari Program Kreativitas Mahasiwa (PKM). Terdapat 8 bidang pendanaan PKM salah satunya bidang Program Kreativitas Mahasiwa–Penerapan IPTEK (PKM-PI).
Tahun ini Prodi Akuakultur UTU mendapatkan pendanaan PKM-PI dengan judul “Edukasi dan bimbingan teknis teknologi akuaponik sistem rakit apung guna meningkatkan produktivitas budidaya ikan UD. Sonia Ratu Lele”.
Tim PKM-PI dari Prodi Akuakultur ini beranggotakan 4 mahasiswa dan 1 orang pembimbing PKM-PI. Tim PKM-PI ini yaitu Rafi Zahtul (Ketua), Irna Martisa (Anggota), Fenika Ayuni (Anggota) dan Mohammad Arib Zain (Anggota) serta pembimbing Fazril Saputra, S.Kel., M.Si
PKM-PI ini bertujuan untuk memberikan edukasi dan bimtek kepada mitra usaha budidaya ikan mengenai penggunaan dan manfaat sistem budidaya akuaponik rakit apung guna meningkatkan produksi budidaya ikan air tawar dan hasil sampingan dari sistem budidaya ikan yaitu tanaman kangkung. Mitra yang terpilih pada kegiatan ini adalah UD. Sonia Ratu Lele yang berlokasi di Desa Gunong Kleng, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Darat.
Nurhayati selaku pemilik usaha budidaya ikan UD. Sonia Ratu Lele menyambut baik program pendampingan yang ditawarkan oleh mahasiswa UTU. “Dilakukan kegiatan PKM-PI ini mengenai akuaponik sistem rakit apung, kami selaku mitra mendapatkan pengetahuan baru yang dapat meningkatkan produksi usaha budidaya ikan kami serta menghasilkan produk tambahan berupa sayur-sayuran” kata Nurhayati
Sementara ketua Tim PKM PI, Rafi menyebutkan sistem akuaponik rakit apung bertujuan untuk meremediasi air limbah dari wadah terpal ikan, sekaligus memanfaatkan kandungan senyawa organik yang terdapat di dalamnya untuk menumbuhkan tanaman air seperti kangkung yang dapat dikonsumsi masyarakat.
“Teknologi akuaponik merupakan metode budidaya gabungan antara akuakultur dan hidroponik dalam satu wadah,” ujar Rafi
Sistem Akuaponik rakit apung ini juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pembudidaya ikan di Desa Gunong Kleng. Pengabdian ini telah dimulai Bulan Juli hingga Oktober 2023. Harapannya masyarakat dapat menggunakan sistem akuaponik rakit apung untuk produksi ikan dan sayuran secara berkelanjutan. (Humas UTU).

MEULABOH – UTU | Akhir bulan September 2023 lalu, tim dosen Prodi Sumber Daya Akuatik, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar melakukan penelitian tentang keanekaragaman makroalga dan potensi pengelolaannya.
Makroalga berfungsi sebagai produsen primer, tempat perlindungan, habitat pengasuhan, sumber makanan bagi biota laut lainnya, dan penyerap karbon sehingga dapat mengurangi dampak pemanasan global.
“Pesisir pantai lhokbubon, Samatiga, Aceh Barat kaya akan potensi sumber daya makroalga, khususnya anggur laut yang merupakan sumber pangan potensial karena kaya akan vitamin, mineral, dan antioksidan,” jelas Dr. Edwarsyah ketua tim peneliti
Beberapa spesies makroalga lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah spesies alga merah Galaxaura sp dan Gigartina sp, rumput laut Eucheuma sp yang biasa digunakan sebagai bahan dasar karagenan dan agar-agar, alga hijau Halimeda sp, serta alga coklat Sargassum sp. “Keragaman spesies makroalga ini menandakan masih baiknya ekosistem laut di pantai Lhokbubon, sehingga bisa mendukung kehidupan bermacam-macam spesies makroalga tersebut,” ungkap Dr. Edwarsyah
Dr. Edwarsyah yang juga menjabat ketua Pusat Peneliti Lingkungan Hidup Universitas Teuku Umar mengatakan makroalga merupakan salah satu potensi dari pesisir yang ada di aceh, sudah seharusnya para akademisi untuk melakukan kajian tentang potensi makroalga, sehingga dapat memberikan rekomendasi ilmiah bagi para stakeholder untuk membuat kebijakan dan menjadi sumber referensi bagi akadmisi lainnya agar turut serta mengkaji tentang manfaat makroalga tersebut.
Mikroalga merupakan tumbuhan renik yang berukuran mikroskopik yang termasuk dalam kelas alga dan hidup sebagai koloni maupun sel tunggal. Di bumi, ada sekitar 200.000 – 800.00 spesies mikroalga, dimana baru sekitar 35.000 spesies yang telah teridentifikasi.
Adapun tim dosen peneliti dari Program Studi Sumber Daya Akuatik terdiri dari Dr. Edwarsyah, Rika Astuti, Roni Arif Munandar, Nabil Zurba dan Jerry Gunandar. (Humas UTU).

MEULABOH – UTU | Sebanyak 38 mahasiswa Prodi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar (FPIK UTU) mendapatkan pembelajaran Dasar-dasar Penyelematan di Air (Water Rescue). Kegiatan ini merupakan bagian dari Praktikum Metode Penangkapan Ikan (MPI) yang bertujuan agar mahasiswa mengetahui teknik penyelamatan ketika berada di laut dalam operasi penangkapan ikan yang akan dilaksanakan beberapa pekan ke depan.
Kegiatan ini bekerjasama dengan Pos SAR Meulaboh. Adapun pelatihan ini difokuskan pada teknik pertolongan di perairan atau water rescue yang dipusatkan di Kolam Renang Elang Sakti 116/GS Makorem 012 TU, pada Sabtu (30/9/2023).
Water Rescue merupakan suatu teknik pertolongan atau evakuasi yang dilakukan di atau dapat juga disebut sebagai suatu tindakan penyelamatan secara efektif dan efisien, jiwa manusia dan segala sesuatu yang berharga yang berada dalam keadaan mengkhawatirkan atau gawat darurat di air.
Mengingat kondisi topografi dan geografi Kabupaten Aceh Barat yang menyimpan potensi kebencanaan maupun kecelakaan air sehingga pelatihan ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan relawan atau mahasiswa tentang upaya-upaya kesiapsiagaan bencana dan tanggap darurat bencana, dibutuhkan SDM relawan keselamatan yang cekatan, handal, dan tangguh dalam penanggulangan bencana.
Adapun instruktur/pelatih Water Rescue dari POS SAR Meulaboh adalah Mahyudi Efendi dan Maimun dengan Pangkat Sersan Mayor SAR dan Jabatan Rescuer Terampil. Metode ajar adalah kombinasi antara materi dan praktik secara lansung di kolam renang. Untuk materi yang diajarkan oleh pelatih adalah pengenalan alat penyelamatan; Metode penyelamatan di air; dan Teknik penyelamatan pada korban tenggelam.
Penangggungjawab kegiatan ini adalah dosen prodi Perikanan yaitu Hafinuddin, M.Sc, Muhammad Agam Thahir, M.Si dan Hamidi, M.Si
Hafinuddin kepada Humas UTU menyebutkan dalam pelatihan ini mahasiswa diajarkan tentang pedoman wajib dalam Water Rescue yaitu diutamakan bisa berenang, memahami bantuan hidup dasar, teknik pengoperasian perahu karet (perahu rafting / perahu LCR) dan teknik pertolongan korban dalam air.
Adapun Teknik Edukasi yang disampaikan Instruktur Pos SAR Meulaboh diantaranya yaitu :
1. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kegiatan pertolongan di air
2. Menjelaskan bahaya-bahaya di air.
3. Menjelaskan metode pertolongan di air.
4. Melakukan pertolongan di air.
5. Menjelaskan teknik self rescue.
6. Melakukan self rescue dengan life jacket.
7. Menjelaskan teknik bertahan dan melepaskan diri saat memberikan pertolongan.
8. melakukan pertolongan dengan carry (kontak langsung dengan korban)
Metode/Tahapan atau urutan untuk memudahkan para penolong mengingat apa dan bagaimana ketika menghadapi kecelakaan di air.
• R = Reach (Pertolongan yang dilakukan dari/pinggir kolam/dermaga dengan cara meraih korban karena posisinya dipinggir atau dengan menggunakan alat sepeti galah, kayu, dan lain-lain)
• T = Throw (Lanjutan dari metode reach dimana pertolongan dengan cara melempar alat apung dan penolong berada pada daerah aman)
• R = Row (Pertolongan yang dilakukan jika kedua langkah diatas sudah tidak dapat dilakukan, maka penolong harus mendekat kearah korban dengan menggunakan kapal kecil untuk mendekat ke korban lalu melakukan reach/throw)
• G = Go (Pilihan terakhir yang harus dilakukan karena tidak tersedianya peralatan yang digunakan untuk mendekat dan posisi korban jauh atau tempat yang tidak memungkinkan untuk menggunakan perahu)
• T = Tow / Carry (Paling beresiko tinggi bagi penolong, karena harus langsung kontak dengan korban)
“Dengan adanya pelatihan Water Rescue ini, kami berharap para peserta untuk menjadi SDM yang sukses dan bersinergi dalam penanganan serta penanggulangan kecelakaan di wilayah khususnya di Kabupaten Aceh Barat,” pungkas Hafinuddin. (Humas UTU).

MEULABOH – UTU | Evaluasi proses belajar mengajar serta peningkatan kinerja program studi dan pelayanan terkait kemahasiswaan merupakan agenda yang rutin dilaksanakan dalam setiap program studi.
Mengingat pentingnya kegiatan tersebut Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar Dr. Ir. Ismail Sulaiman, S.TP., Maitrise, M.Sc, IPU didampingi oleh wakil dekan bidang akademik yaitu Dr. Muhammad Rizal, S.Pi mengadakan rapat bersama Dosen Program studi Sumber Daya Akuatik, Jum’at (22/9/2023).
Rapat Akademik Dosen merupakan forum konsolidasi bagi dosen-dosen yang dilaksanakan baik diawal, pertengahan maupun akhir semester. Forum rapat akademik ini menjadi ajang orientasi pimpinan sekaligus forum aspirasi bagi dosen dalam menjalankan tugas pokoknya, yaitu Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Dalam pengarahannya, Dekan FPIK, Dr. Ismail Sulaiman menyampaikan banyak hal terkait dengan kebijakan dan dinamika perkembangan yang telah dan akan dihadapi di kampus.
Pada awal sambutannya, Dekan menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada dosen yang telah melaksanakan tugas dan fungsinya. Menurutnya, apa yang dicapai FPIK hari ini adalah kontribusi semua pihak, khusus para dosen di prodi Sumber Daya Akuatik dalam melaksanakan tugas pendidikan/pengajaran, penelitian dan pengabdian.
Adapun hasil yang diperoleh dari rapat tersebut diantaranya adalah pengukuran sejauh mana mahasiswa memahami materi yang diberikan oleh dosen, sehingga apa yang telah di rencanakan dalam RPS dapat terealisasi dalam perkuliahan dalam kelas
Dekan juga memotivasi kepada dosen FPIK untuk melaksanakan studi lanjut di Luar Negeri dan mengurus jabatan fungsional sampai akademik tertinggi sampai guru besar. Kemudian Dekan juga berpesan kepada dosen yang baru dan sudah mengikuti pelatihan Pekerti untuk dapat menerapkan ilmunya dikelas perkuliahan.
Sementara itu ketua Program Studi Sumber Daya Akuatik FPIK UTU, Heriansyah, S.Pi., M.Si mengatakan komunikasi dua arah antara dekanan dan dosen prodi lebih efektif jika dilaksanakan per prodi sehingga maksud dan tujuan yang disampaikan lebih mudah untuk dipahami dan di tanggapi” Jelasnya. (Aduwina Pakeh / Humas UTU).

MEULABOH – UTU | Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Riset (PKMBR) Universitas Teuku Umar yang dipelopori oleh Program Studi Ilmu Administrasi Negara bersama PUSDIKOKRAF (Pusat Studi Ekowisata Syari’ah dan Ekonomi Kreatif) melaksanakan pengabdian masyarakat berbasis riset di Ekowisata Hutan Manggrove, Sayeung Gampong Baro, Setia Bakti, Aceh Jaya. Pengabdian ini dilakukan atas dasar kepedulian dan dukungan perguruan tinggi terhadap pembangunan pariwisata yang berkelanjutan di Aceh Jaya.
Kegiatan ini didanai oleh Univeristas Teuku Umar melalui hibah internal dengan skema PKMBR yang mana kegiatan tersebut dikemas dalam acara pelatihan Penguatan Kapasitas Pokdarwis melalui Pemanfaatan Media Sosial sebagai Upaya _Tourism Branding_ Ekowisata Hutan Manggrove Aceh Jaya. Tim pengabdian mengundang Afla Nadya, yang merupakan seorang Influencer Aceh, sebagai narasumber pertama yang memberikan pelatihan dan strategi _tourism branding_ dengan memanfaatkan media sosial untuk meningkatan daya tarik ekowisata tersebut.
Turut membersamai narasumber pertama, Tim PKMBR juga mengundang Ikhwan Rahmatika Latif, M.I.P. sebagai narasumber kedua dari akademisi sekaligus juga Peneliti dari Pusat Studi Ekowisata Syari’ah dan Ekonomi Kreatif (PUSDIKOKRAF) Universitas Teuku Umar yang memberikan perspektif akademis terkait pengelolaan Hutan Manggrove sebagai Ekowisata yang berkelanjutan.
Dalam sesi pelatihan ini, Ikhwan mengungkapkan bahwa situs wisata alam dapat dikatakan sebagai ekowisata jika telah memenuhi 4 kriteria, “Kriteria Ekowisata itu harus dapat termanifestasikan dalam empat hal yang harus dimilikinya, pertama adanya keanaekaragaman hayati dan habitat alam yang terpelihara, kedua dapat menfokuskan konservasi keberlanjutan lingkungan, ketiga melibatkan masyarakat lokal dengan memastikan keberlanjutan budaya lokal, keempat adanya edukasi lingkungan bagi pengunjung ekowisata (ekoturis)” terang Ikhwan dalam pemaparannya.
Lanjut dari pada itu, Afla sebagai narasumber pertama menyahuti dari apa yang disampaikan oleh Ikhwan, narasumber kedua, bahwa potensi ekowisata hutan mangrove harus dapat di-_branding_ dengan memanfaatkan berbagai macam sosial media, “Sosial media seperti Facebook, Instagram, WhatsApp dan TikTok, hampir rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktunya dengan media tersebut sekitar 3 – 4 jam perharinya.
“Ini kesempatan yang bagus bagi bapak ibu Pokdarwis untuk menyisipkan konten kreatif Ekowisata Hutan Manggrove ini dalam layar gadget mereka sebagai promosi ekowisata yang kita kelola ini” ujar Afla Nadya yang merupakan Finalis Agam-Inong (Duta Wisata) Aceh tahun 2012.
Lalu Afla menambahkan bahwa Ekowisata Hutan Manggrove ini sudah pernah ramai dikunjungi namun agar tetap selalu ramai, upaya _branding_ dengan melakukan berbagai inovasi yang harus selalu disuguhkan dalam perjalanan pengunjung mengitari ekowisata tersebut.
“Perlu adanya inovasi-inovasi dalam mempertahankan keramaian pengunjung ke ekowisata hutan manggrove ini, bisa ditambahkan seperti berbagai atraksi-atraksi yang ada dan atau _spot_ foto yang menarik dan _instagramable_ untuk bisa pengunjung abadikan momen di hutan manggrove ini”, tambah Afla
Setelah selesai pemaparan materi dari kedua narasumber tersebut, Afla Nadya langsung mengajak semua anggota Pokdarwis untuk membuat konten untuk Ekowisata Hutan Manggrove Aceh Jaya dengan tips dan triks yang akan dipraktekkan Bersama, “Yuk kita ngonten! Mari kita branding Ekowisata Hutan Manggrove ini agar menjadi viral kembali!” antusias Afla sambil menutup pemaparannya dan menuju kapal kecil yang sudah disediakan Pokdarwis sebagai salah satu fasilitas bagi pengunjung untuk mengelilingi keindahan Ekowisata Hutan Manggrove tersebut .
Secara terpisah, Ketua Tim PKMBR dari IAN UTU, Ilham Mirza Saputra, S.Sos., M.AP., mengungkapkan bahwa kegiatan pelatihan penguatan pokdarwis ini akan membantu situs Ekowisata Hutan Manggrove Aceh Jaya kembali berdenyut dan memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat, ”Semoga ini menjadi momentum yang tepat untuk dapat berdenyut kembali situs Ekowisata Manggrove ini dengan penguatan Pokdarwis-nya yang ada di Gampong Baro ini” ungkap Ilham.
Kemudian Dr. Vellayati Hajad, S.Sos., M.A. yang menjadi bagian Tim PKMBR menyakini bahwa Ekowisata Hutan Manggrove akan kembali menjadi salah satu ikon wisata andalan bagi kemajuan Pariwisata Aceh jaya yang berkelanjutan, “Saya sangat yakin sekali kalau Ekowisata Hutan Manggrove ini akan menjadi salah satu wisata andalan Aceh Jaya jika pengelolaannya bisa melibatkan banyak pihak dalam konsep kolaborasi yang berkelanjutan” terang Dr. Vellayati.
Ketua Pengelola Ekowisata Hutan Manggrove, Mahlan, dan Anggota Pokdarwis setempat, Kariman, secara bersamaan menyatakan bahwa sangat berterimakasih kepada Tim PKMBR dari IAN UTU yang telah melaksanakan kegiatan ini.
“Ekowisata Hutan Manggrove ini adalah salah satu harapan warga Gampong Baro untuk menjadi destinasi andalan bagi para pelancong dan menjadi nilai tambah ekonomis bagi warga setempat, semoga apa yang kami dapatkan dari pelatihan ini menjadi energi baru bagi keberlanjutan ekowisata hutan mangrove di gampong kami, Terimakasih Universitas Teuku Umar” tutup serentak keduanya. (Humas UTU).

MEULABOH – UTU | Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Teuku Umar sukses menggelar pertemuan Nasional melalui branding SERUKAN (Seminar Perikanan dan Kelautan Nasional) series 1 yang dilaksanakan pada tanggal 19 – 20 September 2023 di Aula utama Gedung Kuliah Terintegrasi, Kampus UTU.
Turut hadir dalam kegiatan pembukaan sejumlah pejabat daerah seperti PJ. Bupati Aceh Barat, Kepala Dinas Kelautan Perikanan Aceh Jaya, Kepala Dinas Kelautan Perikanan Aceh Barat, Kepala Dinas Kelautan Perikanan Nagan Raya, Kepala SMKN 1 Kuala Pesisir, dan Kepala SMKN 1 Mereubo.
SERUKAN kali ini mengangkat topik “Penguatan Pembangunan Sektor Perikanan dan Kelautan Berkelanjutan Menuju Kedaulatan Pangan Nasional Melalui Riset dan Inovasi Berbasis Marine Industry,” dengan menghadirkan tiga orang narasumber utama yaitu Dr Victor Nikijuluw, Senior Ocean Program Advisor Konservasi Indonesia; Dr Irfan Yulianto, Senior Advisor for Marine Fisheries, Rekam Nusantara Foundation; dan Rakhimah Khairi Isfani, ST., M.Eng, Dinas Perikanan Kelautan Aceh.
Ketiganya membahas isu-isu terkini tentang perikanan dan kelautan di Indonesia, yaitu Dr Victor Nikijuluw dengan materi “strategi proteksi produksi untuk masa depan pengelolaan sumberdaya perikanan indonesia”; Dr Irfan Yulianto dengan judul materi “penggunaan mahadata (big data) untuk pengembangan kebijakan dan industri perikanan dan kelautan”; dan Rakhimah Khairi Isfani, ST., M.Eng yang mengangkat materi tentang penguatan pembangunan sektor perikanan dan kelautan berkelanjutan menuju kedaulatan pangan melalui riset dan inovasi berbasis marine industry.
Kegiatan SERUKAN dibuka oleh Rektor UTU Dr. Drs. Ishak Hasan, M.Si yang diwakili Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Ibrahim, SKM., M.NSc. Dalam sambutannya Ibrahim mengapresiasi Dekan dan segenap civitas lingkup FPIK yang telah menginisiasikan kegiatan pertemuan ilmiah ini.
SERUKAN ini dapat menjadi wadah untuk mendiseminasi hasil-hasi riset dosen peneliti bidang perikanan kelautan dalam skala nasional.
“Semoga melalui branding SERUKAN ini dapat menjadi iconik FPIK UTU kedepannya, dan kedepan dapat menghadirkan pemakalah yang lebih banyak lagi dari berbagi daerah/kampus,” harap Ibrahim
Pimpinan UTU selalu siap memberikan dukungan untuk penguatan dan keberlanjutan program seperti kegiatan SERUKAN ini. “Kegiatan SERUKAN ini UTU sangat siap mewujudkan core agro industry dengan leading FPIK core marine industry,” pungkas Warek 3.
Sementara Dekan FPIK UTU Dr. Ismail Sulaiman, S.TP., Maitrise, M.Sc IPU dalam sambutannya menyampaikan bahwa secara historis, SERUKAN ini diambil dari nama ikan lokal air tawar yang terdapat di Wilayah Barat Selatan Aceh, yaitu Seurukan, dalam bahasa latinnya adalah Osteochilus jeruk.
Maka untuk lebih memperkenalkan spesies ini secara nasional digaungkanlah melalui konsep seminar nasional dan kemudian diberi brand SERUKAN. “Sehingga FPIK UTU kedepannya punya ciri khas yang iconik, dan bisa terkenal seperti halnya bintang top bollywood Shahru Khan, yang kemudian kalo boleh kita luruskan menjadi SERUKAN,” kata Dekan FPIK yang disambut gelak tawa peserta seminar.
Jelasnya, SERUKAN kali ini memiliki 2 agenda yaitu (i) plenary session yang merupakan seminar forum; (ii) paralel session yang merupakan presentasi makalah hasil-hasil riset dari peneliti yang berjumlah 20 orang.
KSERUKAN series 1 berjalan dua fase yaitu i) 19 September 2023 adalah kegiatan seminar nasionalnya yang menghadirkan 3 orang keynote speaker (2 nasional, 1 lokal), ii) 20 September 2023 adalah kegiatan paralel sessions yaitu para pemakalah akan melakukan diseminasi hasil-hasil riset/inovasinya.
Dr. Ismail Sulaiman berharap semoga SERUKAN series 1 mampu manjadi wadah informasi, kolaborasi bagi semua stakeholder bidang perikanan dan kelautan baik di kampus maupun di pemda.
Dekan di akhir sambutannya menyampaikan sebuah pantun :
Pergi ke singkil naik sampan
Sampai sana berkunjung ke rumah teman
Demikian apa yang saya sampaikan
Semoga bisa memberikan pencerahan
Pagi-pagi membajak sawah
Membajak dengan sapi peliharaannya
Jangan galau jangan gundah
Insha Allah SERUKAN ada kelanjutannya.

MEULABOH – UTU | Tim PPK Ormawa Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BEM FPIK) Universitas Teuku Umar bersama Bank Aceh Kantor Cabang Pembantu (KCP) Pulau Banyak memberikan bimbingan teknis kepada para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Pulau Baguk (17/09/2023).
Dalam kegiatan tersebut, terdapat 2 materi bimtek yang diberikan kepada masyarakat. Yang pertama bimtek manajemen keuangan dan strategi pemasaran yang disampaikan oleh Dedy Riva Kusuma staff Bank Aceh KCP Pulau Banyak. Kemudian yang kedua adalah bimtek pengemasan produk yang disampaikan oleh Syahrul Muhharram tim PPK Ormawa BEM FPIK.
Ketua tim PPK Ormawa, Syahrul Ramadhan menjelaskan bahwasanya, kegiatan bimtek ini merupakan program kerja dari PPK Ormawa BEM FPIK yang telah dirancang oleh tim sedemikian rupa.
“Target kita adalah untuk meningkatkan kapasitas masyarakat khususnya para pelaku usaha terkait manajemen usaha seperti literasi keuangan hingga pemasaran produk,” ujar Syahrul.
Dalam sambutannya, Hardi selaku Keuchik Pulau Baguk sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan. Mengingat Pulau Baguk merupakan kawasan wisata, sehingga dirasa sangat perlu bagi ibu-ibu pelaku usaha belajar terkait manajemen usaha.
“Dalam beberapa tahun terakhir, kita berusaha keras untuk meningkatkan status kampung Pulau Baguk dari yang awalnya Desa tertinggal menjadi Desa maju. Harapannya kepada ibu-ibu pelaku usaha, agar dapat mendengar dan menerapkan apa saja ilmu yang didapat dari para pemateri. Sehingga cita-cita kita menjadi Desa Mandiri dapat terwujud,” ujar Hardi.
Selain kegiatan bimbingan teknis, tim juga menyerahkan legalitas usaha berupa Nomor Induk Berusaha (NIB) serta Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) kepada 3 mitra program PPK Ormawa BEM FPIK.
Dengan diberikannya legalitas usaha, membuat para pelaku usaha menjadi lebih tenang dalam menjalankan usahanya karena sudah dijamin dan dilindungi oleh undang-undang.
Ketua PKK Pulau Baguk Yenti Herawita yang merupakan salah satu mitra program menyampaikan apresiasi kepada tim pelaksana PPK Ormawa BEM FPIK karena telah mengurus perizinan usaha masyarakat.
“Dengan adanya NIB dan SPP-IRT ini, dapat meningkatkan kepercayaan konsumen kepada produk kami, sehingga akan meningkatkan jumlah penjualan,” ungkap Yenti.
Syahrul Muhharram sebagai koordinator bidang legalitas usaha PPK Ormawa BEM FPIK menyampaikan bahwasanya pengurusan dokumen legalitas usaha ini tidak hanya terbatas pada mitra kami saja, namun terbuka bagi seluruh pelaku usaha yang ada di Pulau Banyak.
“Tentunya demi terwujudnya Desa Preneur sesuai judul program kami, semua pelaku usaha haruslah memiliki perizinan sehingga bisa terintegrasi antar satu sama lainnya. Kami akan bantu pelaku usaha hingga sertifikasi halal, mengingat tahun 2024 seluruh usaha harus memiliki sertifikat halal,” tegas Syahrul. (Humas UTU).

MEULABOH – UTU | Wajah-wajah bahagia terlihat jelas saat Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Teuku Umar menggelar Yudisium ke XIII yang diikuti oleh 66 mahasiswa yang telah resmi menyandang gelar Sarjana.
Yudisium yang berlangsung secara khidmat dan lancar tersebut dilaksanakan di Aula Lantai II Gedung Kuliah Teritegrasi, Kampus UTU, Kamis (14/9/2023).
Pengukuhan gelar sarjana dilakukan oleh Dekan FPIK UTU Dr. Ismail Sulaiman, S.TP, Maitrise, M.Sc IPU yang turut dihadiri Wakil Dekan 1 Dr. Muhammad Rizal, M.Si, Wakil Dekan II Sufal Diansyah, M.Si dan seluruh Kaprodi lingkup FPIK, Ketua Senat Fakultas. Selain itu, turut pula hadir para dosen, staf tendik serta para orangtua/wali dari peserta yudisium.
Aadapun lulusan terbaik dari masing-masing program studi yaitu Rafi Zahtul dari prodi Akuakultur dengan IPK 3,92 dan Dimas Kusmayadi dari prodi Perikanan dengan IPK 3,89. Berikutnya Agnita Cerentika Sihombing dari prodi Sumber Daya Akuatik dengan IPK 3,87 dan Zherdia Lynega Oktaviani Sinaga dari prodi Ilmu Kelautan 3,83.
Dalam sambutannya, Dekan FPIK menyampaikan apresiasi kepada seluruh yudisiawan/ti yang telah berhasil meraih prestasi sebagai sarjana, tentu ini hari bersejarah bagi anda semua, kami mendoakan bagi yang belum bekerja untuk cepat dapat pekerjaan, dan bagi yang sudah bekerja alhamdulillah semoga karirnya meningkat, semakin profesional.
“Dunia kerja telah mengalami perubahan, sebagai pendatang baru anda harus menyiapkan kompetensi dan menuntut lebih, tidak cukup dengan punya ijazah, dan kami yakin dan percaya alumni FPIK akan mampu untuk berkompetisi, mampu bersaing, sudah banyak alumni FPIK yang berkiprah dan sukses,” sebutnya
Dekan juga berpesan agar para wisudawan menumbuhkan jiwa wirausaha sehingga kedepannya dapat berkontribusi bagi orang lain dan menciptakan lapangan pekerjaan baru. (Humas UTU).

MEULABOH – UTU | Dosen Universitas Teuku Umar, Nabil Zurba, S.Pi., M.Si menghadiri dan mengikuti Rapat Koordinasi Wilayah Pengeloaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 571 di aula Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Aceh di Desa Lampulo Kota Banda Aceh, Kamis (14/9/2023).
Turut hadir kepala DKP Aceh Aliman, S.Pi., M.Si, Kepala PPS Belawan Mohammad Salim, Panglima Laot, Komandan TNI Angkatan Laut Sabang, Direktur Kepolisian Perairan Polda Aceh, Kepala Pelabuhan, Koordinator PPI dan Syahbandar.
Pertemuan ini dalam rangka optimalisasi upaya penyediaan data dan informasi kondisi pengelolaan perikanan di WPPNRI-571 yang ada di Aceh. Wilayah yang termasuk dalam WPPNRI 571, yang meliputi perairan Selat Malaka dan Laut Andaman.
Kegiatan penangkapan sumber daya ikan di Perairan Umum Daratan (PUD) menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dan tidak terkendali. Selain itu, ekosistem perairan umum daratan juga mendapat tekanan dari berbagai sektor seperti adanya alih fungsi lahan menjadi areal perkebunan sawit.
Nabil Zurba, S.Pi., M.Si dalam kapasitasnya sebagau akademisi memberikan tanggapan terkait metode perikanan terukur dan CBIP “banyak riset terkait perikanan terukur, dan di FPIK UTU juga ada beberapa pakar terkait Perikanan terukur.
“Nantinya kami akan mengadakan sosialisasi baik berupa kunjungan ke TPI maupun seminar edukasi dengan mengundang stake holder untuk membahas perikanan terukur, untuk Sertifikasi CPIB FPIK UTU telah memiliki tempat Uji Kompetensi (TUK FPIK UTU) dan akan mengadakan kerja sama dengan PPS Belawan terkait Sertivikasi CPIB tersebut, sehingga tahun depan sudah mulai diadakan sertivikasi CPIB nelayan di Aceh Barat maupun Barsela” jelasnya
Kepala PPS Belawan yang diwakili oleh Mohammad Salim dalam kesempatannya mengatakan bahwa WPPNRI 571 mencakup wilayah Aceh, Sumatera Utara dan Riau tentunya perlu dikelola sehingga dapat memberi manfaat secara langsung kepada nelayan yang turut berkontribusi dalam Pendapatan Daerah dan Pendataan Stok Ikan, maka diperlukan sumbangsih pemikiran dan aksi dari Bapak/Ibu sebagai pemangku Kepentingan.
Kemuadian acara dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh kepala DKP Aceh yaitu Aliman, S.Pi., M.Si. Menurutnya masih ada perbedaan pendapat antara akademisi yang mengatakan stok ikan sudah menipis dan kondisi nyata diperairan masih ditemukannya stok ikan.
“sementara untuk nilai tukar rupiah nelayan aceh sudah berada diatas rata-rata nasional sehingga bisa menyumbang PDB ke daerah” jelasnya.
Lanjutnya DKP juga telah banyak membantu memulangkan nelayan yang terdampar sampai ke luar negeri seperti ke Malaysia, India dan Thailand. “Ada juga kapal nelayan yang tidak mendaratkan hasil tangakapan ke Pelabuhan resmi, sehinga tidak tercatat dalam log hasil tangkapan, yang akan menjadi laporan bagi syahbandar terkait stok ikan” jelasnya
Panglima laot yang hadir pada acara tersebut juga menyampaikan pendapat kepada Dinas dan akademisi “apa itu konsep dan metode perikanan terukur? Apakah kami nelayan harus mengukur ikan di atas kapal? Dan nelayan juga menginginkan adanya pelatihan Cara Penanganan Hasil Tangkapan ikan yang Baik (CPIB) sehingga nelayan memiliki sertivikat kompetensi yang berpengaruh terhadap skill diatas kapal penangkapan”. (Aduwina Pakeh / Humas UTU).

MEULABOH – UTU | Universitas Teuku Umar (UTU) terus berupaya menumbuhkan jiwa dan kemampuan kewirausahaan mahasiswa, serta mendorong kreativitas dan inovasi mahasiswa melalui penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui perkuliahan.
Melalui Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) yang merupakan program penguatan ekosistem kewirausahaan di Perguruan Tinggi berupa pembinaan, pendampingan serta pelatihan (coaching) usaha/bisnis kepada mahasiswa, maka dari itu, mahasiswa prodi Akuakultur UTU yang berhasil meraih pendanaan P2MW tahun 2023 ini siap meraih sukses lewat usaha produksi pakan ikan lele melalui brand PAKLEE.
PAKLEE merupakan i) usaha produksi pakan untuk komoditi ikan lele (core utama), dan ikan nila, ayam (tambahan), ii) merupakan tahapan usaha awal dan skala produksinya masih kecil. Mahasiswa pelaksana P2MW telah berhasil melakukan kegiatan produksi dan memiliki 2 produk awal yaitu pakan ikan lele (crude protein 32%) dibanderol dengan harga Rp.12.000/kg dan pakan ikan nila (crude protein 28%) dibanderol dengan harga Rp.10.000/kg, masing-masing tersaji dalam kemasan 500 g dan 10 kg.
Sedangkan pemasaran produk tersebut telah dilakukan kerjasama dengan beberapa unit penjualan benih ikan dan SMKN Perikanan di Kabupaten Nagan Raya. Selain itu produk juga dapat diakses secara marketplace (Tokopedia: PAKLEE).
Afrizal Hendri, M.Si selaku Dosen Pendamping Lapangan terus melakukan pendampingan secara berkala dilokasi produksi PAKLEE, sehingga program dan anggaran yang telah direncanakan dapat direalisasikan dengan baik. Diakhir wawancara, DPL menghaturkan terimakasih kepada pimpinan UTU, PKM center, University Farm UTU, Prodi Akuakultur yang telah berkontribusi.
Kedepan mahasiswa pelaksana P2MW berencana melakukan pengembangan produk/riset berupa i) peningkatan kapasitas mesin produksi, ii) peningkatan kualitas material produk dan ii) pembuatan tempat display produk.
Sebagai ingormasi, P2MW merupakan program pengembangan bagi mahasiswa yang telah memiliki usaha melalui bantuan dana, pendampingan, dan pelatihan (coaching).
Sebelum dikirim ke Ditjen Belmawa untuk mendapat pendanaan, proposal ditampung dan diseleksi terlebih dahulu oleh perguruan tinggi.
Untuk mengikuti P2MW, mahasiswa harus terdaftar di PDDIKTI. Setiap kelompok terdiri dari ketua dan anggota yang berjumlah 3-5 orang. Kelompok minimal sudah memiliki prototype usaha yang dibuktikan dengan dokumentasi produk. Proposal usaha yang diusulkan juga tidak boleh/sedang menerima pendanaan sejenis dari sumber APBN.
“Program ini sangat baik untuk meningkatkan jumlah wirausahawan dari perguruan tinggi. Apalagi UTU memiliki taqline sebagai kampus sumner inspirasi dan referensi,” tandasnya. (Aduwina Pakeh / Humas UTU).