MEULABOH – UTU  | Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan serta memastikan dosen memiliki kompetensi yang sesuai dengan perkembangan industri perikanan budidaya, TUK FPIK Universitas Teuku Umar melakukan program Uji Kompetensi dan Sertifikasi Keahlian Budidaya Perikanan bagi dosen di prodi akuakultur.

Program ini diinisiasi oleh prodi akuakultur sebagai bagian dari komitmen untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang perikanan melalui pendidikan yang unggul dan berbasis keahlian.

Kegiatan yang berlangsung pada Rabu (9/10/2024) ini diikuti oleh sepuluh dosen prodi akuakultur. Tujuan utama dari program ini adalah memastikan dosen memiliki pengetahuan serta keahlian praktis yang memadai di bidang budidaya perikanan, yang sejalan dengan perkembangan teknologi terbaru serta kebutuhan pasar.

Dalam sambutannya, Mahendra, Ketua TUK FPIK UTU menyatakan bahwa sertifikasi ini bukan hanya sekadar formalitas, tetapi merupakan langkah penting dalam menjamin kualitas pengajaran di perguruan tinggi. “Dengan adanya sertifikasi ini, kami memastikan bahwa para dosen tidak hanya menguasai aspek teoretis, tetapi juga memiliki kemampuan praktik yang relevan untuk diterapkan dalam pembelajaran mahasiswa. Pada akhirnya, ini akan berdampak pada kualitas lulusan yang siap bersaing di industri perikanan yang semakin kompetitif,” ujarnya.

Sementara itu Yusran Ibrahim, Ketua prodi akuakultur, menyampaikan bahwa Uji kompetensi ini mencakup berbagai aspek mulai dari teknik budidaya ikan modern, manajemen lingkungan budidaya, hingga pemanfaatan teknologi terkini dalam budidaya perikanan. Program ini juga dirancang untuk mendorong inovasi di kalangan dosen, agar mereka mampu menciptakan solusi yang aplikatif di bidang perikanan, baik dari segi teknologi, pengelolaan sumber daya, hingga kebijakan.

Program ini adalah bentuk nyata kolaborasi antara akademisi dan lembaga sertifikasi nasional. Sertifikasi ini tidak hanya bermanfaat bagi dosen, tetapi juga memperkuat sinergi antara dunia pendidikan dan industri perikanan nantinya, yang pada akhirnya memberikan kontribusi signifikan kualitas SDM perikanan nasional,” tutup Yusran Ibrahim.

Dalam pelaksanaannya, TUK FPIK UTU menugaskan empat asesor metodologinya yaitu 1) Mahendra, 2) Afrizal Hendri, 3) Sufal Diansyah, 4) Zulfadhli, untuk memvalidasi portofolio para peserta dan wawancara. Program ini bekerja sama dengan LSP-KP dan BNSP. Sertifikat yang diterbitkan nantinya diakui secara nasional, dan diharapkan menjadi standar kompetensi bagi dosen di seluruh Indonesia.

Program Studi Akuakultur UTU adalah institusi yang berdedikasi untuk mencetak sumber daya manusia unggul di bidang perikanan budidaya. Dengan program-program pendidikan berbasis riset dan praktik langsung, kami berkomitmen untuk terus memberikan yang terbaik bagi masa depan sektor perikanan budidaya Indonesia.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi: Tempat Uji Kompetensi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UTU Kabupaten Aceh Barat Kontak: 08526075838. (Humas UTU)

 

MEULABOH – UTU | Universitas Teuku Umar (UTU) merupakan perguruan tinggi negeri di wilayah barat Indonesia yang memiliki core competence di bidang agro and marine industries. Perguruan tinggi yang menggunakan nama pahlawan nasional (Teuku Umar Johan Pahlawan) ini terus berkomitmen untuk memajukan sektor perikanan dengan penelitian yang inovatif dan hilirisasi hasil penelitian melalui pengabdian kepada masyarakat.

Hal ini terlihat dari pendanaan UTU untuk terhadap kegiatan pengabdian kepada masyarakat berbasis riset (PKMBR) tahun 2024 yang berjudul “Teknologi bubu dasar berbasis bahan lokal sebagai alternatif pemberdayaan nelayan Lhok Kuala Daya”.

Dr. Muhammad Rizal sebagai ketua pelaksana menyampaikan bahwa hibah PKMBR merupakan hibah yang berasal dari UTU melalui Kontrak Pendanaan antara Lembaga Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Penjaminan Mutu Pendidikan UTU Nomor 223/UN59.7/SPK-PPK/2024.

Kegiatan PKMBR ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kesejahteraan nelayan serta melestarikan ekosistem laut di Kabupaten Aceh Jaya melalui penggunaan alat tangkap ramah lingkungan yaitu bubu dasar berbasis bahan lokal.

Kegiatan yang dimulai dari penyiapan bahan bubu dasar, pelatihan pembuatan bubu dasar sampai dengan pengoperasian bubu dasar di perairan laut Lhok Kuala Daya ini melibatkan mitra yaitu Panglima Laot Lhok Kuala Daya.

Kegiatan peletakan bubu dasar telah dilaksanakan 3-4 Oktober 2024 dan akan dilihat hasil penangkapannya 3 sehari setelah peletakan. Sajali (Panglima Laot Lhok Kuala Daya) menyampaikan kegiatan ini sangat bermanfaat bagi nelayan. Hal Ini dikarenakan nelayan memiliki keterampilan baru dalam membuat alat tangkap bubu.

Selanjutnya nelayan dapat memiliki bubu sebagai alat tangkap baru untuk dioperasikan selain alat tangkap yang telah ada yaitu jaring insang dan pancing ulur. 

Terakhir Panglima Laot mengucapkan Terima kasih kepada Dr. Rizal khususnya dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UTU yang terus bersedia membantu dan mendampingi nelayan kecil di Lhok Kuala daya.       

Dosen Prodi Perikanan FPIK UTU, Hafinuddin, S.Pi., M.Sc  yang juga sebagai anggota pelaksana kegiatan PKMBR ini menambahkan bahwa alat tangkap bubu dasar adalah alat tangkap ramah lingkungan yang memiliki keunggulan seperti 1) hasil tangkapan adalah ikan ekonomis penting untuk jenis ikan karang dan ikan demersal bahkan jenis moluska seperti sotong batok; 2) hasil tangkapan dalam keadan hidup; 3) hasil tangkapan yang tidak layak tangkap dapat di-realese atau dikembalikan ke alam sehingga menjamin keberlanjutan untuk ekosistem laut di Lhok Kuala Daya Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya;.

Selanjutnya 4) kegiatan penangkapan ikan menggunakan bubu dasar lebih efisien dan efektif dari segi waktu penangkapan dan biaya operasional melaut sehingga dapat meningkatkan penghasilan nelayan kecil. (HUMAS UTU). 

 

MEULABOHUTU | Program Studi Sumber Daya Akuatik menggelar kegiatan SDA Journey ke-8 dengan tema “Inventarisasi dan Identifikasi Jenis Ikan di Perairan Sungai Meurebo Kabupaten Aceh Barat” dihadiri oleh sejumlah mahasiswa sebagai peserta kegiatan SDA Journey, Sabtu s/d Minggu (28 s/d 29/09/2024). 

Kegiatan lapangan ini berlangsung di perairan Meureubo, dilanjutkan kegiatan kuliah umum dan praktikum langsung untuk inventarisasi dan identifikasi jenis ikan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan Perairan (Proling) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar. 

Kegiatan SDA Journey ke-8 ini merupakan kegiatan pengambilan sampel ikan di perairan sungai Meurebo untuk inventarisasi dan identifikasi jenis ikan, dilanjutkan dengan analisis data. Kegiatan ini bertujuan mengetahui keanekaragaman jenis ikan, mengetahui sebaran jenis ikan, memperoleh database dan informasi dasar tentang keberadaan jenis ikan di perairan sungai Meurebo, dan mengelola perairan dengan baik secara berkelanjutan serta memahami cara menganalisis data keanekaragaman jenis ikan. 

Kegiatan SDA Journey  ini diselenggarakan dalam rangka persiapan mahasiswa melaksanakan penelitian. Acara dimulai pada pukul 09.00 WIB dan berlangsung sampai dengan selesai, diakhiri dengan penyerahan plakat dan sertifikat serta foto bersama.

Narasumber utama dalam kegiatan tersebut adalah Duranta Diandria Kembaren, beliau merupakan narasumber dari BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) Republik Indonesia yang memiliki kompetensi dibidang taksonomi crustacea dan ikan bersirip.

Duranta menyampaikan materi tentang ikan bersirip air laut yang sudah tercatat di Indonesia sekitar 3.630 jenis (dilaporkan sekitar 22.000) dan ikan bersirip air tawar tercatat 1.258 jenis (dilaporkan sekitar 14.000), sedangkan ikan air tawar 133 jenis diantaranya adalah ikan endemik (jenis ikan hanya dapat hidup di daerah tertentu). 

Duranta menambahkan ikan yang telah tercatat belum termasuk gastropoda dan molusca, tercatat itu berarti sudah ada record dan detail-detainya. “Banyak ikan endemik telah punah dan hilang, itulah mengapa kita  perlu melakukan pengelolaan sumberdaya perairan dengan mengenal ikannya, pahami karakteristik hidupnya, pahami biologi ikannya, dan bagaimana habitatnya sehingga kita bisa mengkatagorikan jenis ikan tersebut. Pengelolaan sumberdaya perairan secara berkelanjutan dapat menyelamatkan keberadaan ikan endemik di Aceh sehingga anak cucu kita dapat merasakan”, harapnya.

Para mahasiswa berkesempatan praktik langsung dengan narasumber dalam pengambilan contoh ikan di sungai Meurebo, mendapatkan informasi penting cara identifikasi jenis-jenis ikan dengan mengenal ciri-ciri morfologinya, memberikan referensi panduan identifikasi ikan tawar dan ikan laut, mendampingi langsung dalam identifikasi jenis ikan dan analisis data serta mendapatkan masukan maupun evaluasi. 

Dr. Muhammad Rizal, S.Pi., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan mengungkapkan kegiatan SDA Journey ke-8 ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa karena memberikan pengalaman langsung di lapangan, mengetahui teknik-teknik sampling,  mendapatkan referensi jenis-jenis ikan air laut dan air tawar serta ikan endemik. 

Belum adanya database untuk jenis-jenis ikan di perairan sungai Meurebo khususnya ikan endemik. Diharapkan Prodi Sumber Daya Akuatik dapat menjalin kerjasama bersama BRIN dengan melibatkan mahasiswa dalam penelitian untuk mendapatkan informasi dasar tentang jenis-jenis ikan endemik di perairan Aceh Barat. “Tugas kita adalah menjaga kelestarian sumberdaya perairan secara berkelanjutan”, imbuhnya.

Kegiatan SDA Journey ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam melaksanakan penelitian khususnya pengelolaan sumberdaya perairan sungai maupun pesisir pantai BARSELA Provinsi Aceh, dapat memberikan dampak positif bagi mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan dan meningkatkan kualitas berpikir kritis dan analitis untuk memecahkan masalah, serta dapat mempelajari metode riset melalui buku maupun jurnal. (Humas UTU). 

MEULABOH – UTU | Bank Indonesia Kantor Perwakilan Aceh dan Universitas Teuku Umar melakukan tanda tangan kerjasama tentang asesmen dampak rumpon ijuk dan rantai pasok perikanan di Kab/Kota IHK dan sekitarnya di Banda Aceh, Kamis (26/09/2024).

Perjanjian kerjasama ini merupakan wujud nyata Bank Indonesia, bersama Universitas Teuku Umar, IPB University, Universitas Malikussaleh dan Pemkab Aceh Barat dalam menangani inflasi non-inti dari komoditas perikanan seperti komoditas ikan Kembung, Tongkol, Dencis dan Tuna.

Rektor Universitas Teuku Umar, Prof. Dr. Ishak Hasan, M.Si dalam sambutannya menyampaikan harapannya, dengan perjanjian kerjasama ini diharapkan kolaborasi Bank Indonesia Kantor Perwakilan Aceh dengan akademisi antar universitas di Indonesia ini dapat menerapkan teknologi tepat guna hasil riset dan dapat memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat dan pemerintah.

Ketua program, Hafinuddin, M. Sc menyampaikan perjanjian kerjasama ini merupakan acuan beberapa aktivitas penanganan inflasi non-inti di Kabupaten Aceh Barat, meliputi 1) Implementasi teknologi rumpon ijuk bagi nelayan tradisional, 2) Pengelolaan rumpon secara komunal berbasis lembaga adat, 3) Asesmen dampak implementasi rumpon ijuk terhadap ekonomi nelayan di Kabupaten Aceh Barat dan 4) Asesmen rantai pasok perikanan di Kab/Kota IHK Provinsi Aceh dan sekitarnya.

Sementara itu, Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Aceh, Rony Widijarto Purubaskoro kegaitan kerjasama ini dapat menjaga inflasi di Aceh, khususnya Kabupaten Aceh Barat yang merupakan salah satu kota IHK di Aceh serta dilakukan dengan pendekatan green economy.

Kegiatan perjanjian kerjasama ini dihadiri oleh Kepala Bank Indonesia Perwakilan Aceh, Rektor Universitas Teuku Umar, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar, Dr. Ir. Ismail Sulaiman, S.TP., Maitrise., M.Sc., IPU dan Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswa dan Kerjasama Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Dr. Muhammad Rizal, M.Si, Sekretaris LPPM-PMP Universitas Teuku Umar, Heri Darsan, ST., MT, Ketua Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar, Ikhsanul Khairi, M.Si. (Humas UTU).

MEULABOH – UTU | Kegiatan pengabdian kepada masyarakat terus digalakkan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang bertujuan untuk mengamalkan dan membudayakan ilmu, pengetahuan, teknologi untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan UU No 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi yang termaktup dalam pasal 47 dan 48.

Melalui Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) yang didanani oleh Kemendikbudristek tahun 2024, Universitas Teuku Umar (UTU) melaksanakan program penerapan rumpon ijuk dan hilirisasi produk hasil perikanan di Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Provinsi Aceh.

Kegiatan yang diketuai oleh Hafinuddin, S.Pi., M.Sc menjelaskan program ini telah dimulai dari Bulan Juli 2024 dan akan berlansung selama 5 bulan memiliki tujuan untuk peningkatan kapasitas nelayan kecil melalui pemanfaatan rumpon ijuk dan memiliki unit usaha pengolahan hasil perikanan untuk perempuan nelayan sehingga lahir diversifikasi produk perikanan.

Kegiatan ini dikelola bersama dengan Pemerintah Gampong Gle Jongdan Panglima Laot Lhok Kuala Daya Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Provinsi Aceh dan melibatkan mahasiswa UTU dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Kegiatan ini melibatkan akademisi handal dan ahli di bidang masing-masing seperti Ikhsanul Khairi, S.Pi., M.Si sebagai penanggung jawab pengolahan hasil perikanan, Dedy Darmansyah, SP., M.Si sebagai penanggung jawab business model untuk KUB Maju Daya dan Hafinuddin, S.Pi., M.Sc sebagai penanggung jawab pada implementasi teknologi penangkapan ikan yaitu rumpon ijuk.

Ketua KUB Maju Daya (Sajali) sebagai mitra kegiatan menyatakan program ini sangat membantu nelayan kecil. Sajali menjelaskan program ini dapat membantu nelayan untuk meningkatkan hasil tangkapan sehingga berdampak pada peningkatan perekonomian anggota kelompok dan hasil tangkapan yang pasti akan menyumbang kepastian bahan baku unit pengolahannya.

Kemudian program ini juga memberikan pelatihan kepada perempuan atau istri nelayan sehingga mampu menyokong ekonomi rumah tangga perikanan (RTP) dan jika ini dapat terimplementasi dengan baik akan berdampak peningkatan perekonomian anggota KUB Maju Daya.

Geuchik Gle Jong Aqsa Muliadi juga menambahkan, kami berharap ke depan dari Gampong Gle Jong lahir UMKM Pengolahan Hasil Perikanan yang produknya diterima di Aceh dan nasional Indonesia. (Humas UTU).

2MEULABOH – UTU | Dosen Universitas Teuku Umar (Prodi Gizi dan Akuakultur) melaksanakan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Desa Ujong Kalak, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat,  Manutapen Kota Kupang pada Sabtu (4/5).

Kegiatan yang melibatkan 3 orang dosen yaitu Sri Wahyuni Muhsin, S.Si., MPH selaku ketua, Radhi Fadhillah, S.Pi., M.Si dan Rinawati S.PdI., M.Sc selaku anggota serta 2 orang mahasiswa tersebut, mengangkat tema ‘pelatihan bagi kader posyandu  terkait nutri-plan menu berbasis pangan lokal”.

Sri Wahyuni Muhsin kepada UTU News mengatakan kegiatan tersebut dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam membuat makanan tambahan untuk balita.

“Para kader sangat antusias dalam kegiatan ini. Mereka diajarkan cara membuat makanan tambahan antara lain puding dan churros yang sudah ditambahkan dengan daun kelor,” kata Sri Wahyuni Muhsin

Lanjutnya, kegiatan ini bertujuan untuk dapat meningkatkan pengetahuan kader terkait stunting dan cara membuat makanan tambahan yang bervariasi dengan menambahkan pangan lokal.

Selama ini, para kader sudah memberikan makanan tambahan kepada balita dengan baik, tetapi belum bervariasi, sehingga kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan kader dalam membuat makanan tambahan yang bervariasi dengan menambahkan bahan baku pangan lokal.

Sri Wahyuni Muhsin juga menjelaskan bahwa kegiatan ini juga merupakan bagian dari hibah kompetisi nasional yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, Teknologi dan Pengabdian Masyarakat (DRTPM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tahun 2024.

Sementara itu, Nurlaila selaku Ketua Kader Posyandu Ujung Kalak menyampaikan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat bagi para kader dan berharap kegiatan ini akan berlanjut sehingga kader mendapatkan pendampingan terutama dalam hal pengolahan makanan tambahan yang variatif dengan menambahkan pangan lokal. (Humas UTU).

MEULABOH – UTU | Program Studi Sumber Daya Akuatik Fakultas Perikanan dan  Ilmu Kelautan Universitas  Teuku Umar menggelar kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) pengusulan akreditasi jurnaal. Kegiatan tersebut berlangsung di ruangan Prodi SDAA dan dihadiri oleh sejumlah peserta dosen sebagai pengelola jurnal JAAS (Journal of Aceh Aquatic Sciences), Kamis s/d Jumat (29 s/d 30/08/2024).

Bimtek ini bertujuan untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada pengelola jurnal tentang syarat menuju jurnal terakreditasi nasional, mengetahui strategi dalam proses pengajuan akreditasi dan peningkatan akreditasi jurnal.

Sehingga dapat mempersiapkan diri untuk mengajukan akreditasi SINTA, untuk memberikan strategi bagi pengelola jurnal dalam meningkatkan kualitas tata kelolanya menuju jurnal yang terakreditasi.

Kegiatan Bimtek ini diselenggarakan dalam rangka persiapan pelaksanaan pengajuan akreditasi untuk Jurnal-jurnal yang diterbitkan di lingkungan Universitas Teuku Umar. Acara dimulai pada pukul 09.00 WIB dan berlangsung sampai dengan selesai, diakhiri dengan penyerahan sertifikat dan plakat serta foto bersama.

Korpus Jurnal UTU, Dr. Ikhsan, S. IP., M.IP dalam paparan materinya menyampaikan tentang syarat-syarat jurnal dapat terakreditasi sesuai standard nasional. Ia juga menyampaikan tips-tips mudah dalam memenuhi persyaratan jurnal terakreditasi nasional dan level akreditasi jurnal dapat naik dan turun sehingga perlu konsisten serta terus meningkatkan kualitas dari jurnal tersebut.

“Semoga dengan kegiatan ini, dapat meningkatkan pengetahuan pengelola jurnal JAAS (Journal of Aceh Aquatic Sciences) tentang tata kelola dan kualitas substansi artikel jurnal secara bertahap serta mampu mempertahankan kualitasnya sehingga dapat bersaing dengan jurnal bereputasi nasional, bahkan di kancah internasional serta akan ada bimtek yang berkelanjutan mengenai jurnal” harapnya.

Selama kegiatan, pengelola jurnal mendapatkan materi dari narasumber yang berpengalaman dan berkesempatan untuk praktik langsung dalam mengelola web jurnal dan mendampingi langsung dalam pengajuan akreditasi jurnal serta mendapatkan masukan maupun evaluasi dari narasumber.

Salah satu peserta, Friyuanita Lubis, M. Sc mengungkapkan antusiasmenya dalam mengikuti Bimtek ini. “Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami para pengelola jurnal yang belum terakreditasi ini karena memberikan wawasan baru dan teknik-teknik dalam mengelola web jurnal dengan benar sehingga dapat meningkatkan kualitas jurnal JAAS (Journal of Aceh Aquatic Sciences),” katanya.

Kegiatan Bimtek ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam peningkatan kualitas pengelolaan jurnal JAAS (Journal of Aceh Aquatic Sciences) di Prodi Sumber Daya Akuatik, serta meningkatkan akreditasi berupatsi SINTA. (Humas UTU).

MEULABOHUTU | Tim peneliti Ru-Juk (rumpon ijuk) yang diinisiasi oleh Bank Indonesia, Universitas Teuku Umar (UTU), IPB University, Unimal dan Pemkab Aceh Barat melaksanakan FGD pengelolaan rumpon secara komunal berbasis adat laot. Kegiatan dilaksanakan melibatkan Panglima Laot Lhok Meureubo, Lhok Padang Seurahet, Lhok Bubon dan Lhok Suak Seumaseh serta kelompok usaha Bersama (KUB) bidang penangkapan ikan.

Kegiatan yang dipimpin oleh UTU melalui Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) ini dilaksanakan secara berkesinambungan yang dimulai dari Lhok Meureubo pada tanggal 23 Agustus 2024 di Kantor Geuchik Ujong Drien dan kemudian hari ini tanggal 30 Agustus 2024 dilakukan di Aula Teuku Umar, Kantor Bupati Aceh Barat.

FGD ini menghadirkan Dr. Muhammad Rizal (Akademisi FPIK UTU) dan Dr. Mursyidin (Akademisi Unimal) sebagai narasumber. Ketua program Ru-Juk, Hafinuddin, M. Sc menyampaikan ini merupakan langkah awal dari upaya penanggulangan inflasi non-inti yang disebabkan oleh komoditas perikanan seperti ikan tongkol, kembung dan dencis.

Hafinuddin menambahkan pengelolaan ini sangat penting dilaksanakan, karena selama ini sangat banyak tantangan yang dihadapi oleh nelayan yang menggunakan rumpon, seperti adanya aktivitas destructive fishing atau alat penangkapan ikan menggunakan trawl, konflik horizontal nelayan hingga rumpon yang terputus karena jangkar kapal.

Luaran dari kegiatan ini adalah terdapat kesepakatan antara nelayan dengan tim Ru-Juk dalam pelaksanaan program ini. Kemudian lahirnya Qanun Pengelolaan Rumpon yang nantinya akan disahkan oleh Lembaga Adat Laot, dan diterapkan oleh nelayan di masing-masing wilayah perairan laut lhok.

Selain itu, nelayan yang terasosiasi dalam KUB juga akan melahirkan SOP dalam mengelola rumpon, sehingga dapat berkelanjutan dan berdampak kepada peningkatan hasil produksi penangkapan ikan serta pendapatan untuk nelayan kecil. (Humas UTU).

MEULABOHUTU | Peningkatan hasil tangkapan nelayan merupakan pekerjaan rumah yang masih perlu terus dicarikan solusinya. Terlebih saat ini ancaman perubahan iklim secara signifikan mengurangi hasil tangkapan nelayan. Kondisi ini turut diperparah dengan kerusakan ekosistem laut. Dampaknya, nelayan semakin menderita karena hasil tangkapan yang semakin berkurang.

Berkaca dari kondisi yang ada, Tim Peneliti dari Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar melakukan pendampingan pembuatan ecotrap kepada kelompok masyarakat konservasi Kedai Susoh, Aceh Barat Daya, Minggu, 18 Agustus 2024. Pengabdian kepada masyarakat yang bersumber dari hibah internal UTU dilaksanakan oleh Samsul Bahri, M.Si., Dr. M. Rizal, dan Hafinuddin, M.Sc.

Samsul Bahri, M.Si. selaku Ketua Tim Pelaksana kepada Humas UTU mengatakan tujuan kegiatan pelatihan ecotrap ini adalah untuk membantu nelayan pesisir dalam meningkatkan jumlah hasil tangkapan ikan demersal bernilai komersil tinggi serta mereduksi kerusakan habitat laut melalui alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.

“Pembuatan bubu ramah lingkungan juga bertujuan untuk mengedukasi masyarakat pesisir terkait alat tangkap ikan yang ramah lingkungan. Selama ini nelayan masih menggunakan alat tangkap yang kurang ramah lingkungan. Kondisi itu membuat habitat laut rusak. Kalau sudah begitu, hasil tangkapan nelayan di masa depan bisa berkurang,” ungkap Samsul Bahri.

Ecotrap atau bubu yang dibuat menggunakan bahan dasar bambu yang notabene adalah bahan ramah lingkungan. Pada bagian dinding bubu juga disematkan tali ijuk sebagai media penarik yang memiliki bau dan tekstur yang disukai oleh beberapa jenis ikan. Pola kerja bubu (ecotrap) ini sendiri adalah dengan menjebak ikan untuk masuk ke dalam perangkap secara selektif berdasarkan ukuran dan jenis ikan itu sendiri.

“Target tangkapan ikan pada bubu ini sendiri adalah ikan jenis demersal atau ikan karang yang bernilai komersil tinggi,” sambung Samsul Bahri.

Berbagai alat tangkap ikan yang banyak digunakan pada umumnya berbahan dasar plastik seperti jaring dan tali pancing. Seperti yang diketahui bahwa saat ini keberadaan jumlah material plastik di lautan sudah sangat mengkhawatirkan. Data dari Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi sebagaimana dilansir dari laman Antaranwes.com sampah plastik di laut Indonesia berjumlah sekitar 12,87 ton. Ancaman terbesarnya adalah penyebaran partikel mikroplastik ke dalam tubuh ikan. Upaya pengurangan penggunaan bahan plastik pada alat tangkap menjadi fokus utama dalam pengembangan bubu ramah lingkungan ini sendiri, sehingga keberadaan sampah plastik yang mencemari lingkungan peraian laut diharapkan dapat tereduksi secara perlahan.

Erijal selaku ketua kelompok masyarakat konservasi di Keudai Susoh menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap kepedulian dan upaya para pihak universitas terhadap nelayan pesisir khususnya nelayan kecil yang masih menggantungkan penghasilan pada alat tangkap tradisional.

“Keberadaan alat tangkap ramah lingkungan yang efektif dan efesien menjadi alternatif bagi nelayan dalam meningkatkan nilai hasil tangkapan yang diperoleh sehingga dapat mendongkrak pendapatan ekonomi masyarakat pesisir,” ungkap Erijal. (Humas UTU | Photo by Samsul Bahri).

MEULABOH – UTU | Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Teuku Umar (UTU) menyelenggarakan kuliah umum dengan topik “Konservasi Hiu dan Pari di Indonesia” yang dibawakan oleh Muhammad Fauzi, Co-Founder dan Project Assistant IMPACT Blue Sea Foundation. Acara ini bertemakan “Menjelajahi ragam spesies hiu dan pari di Indonesia serta peran mereka terhadap ekosistem laut,” dan berlangsung di Aula Cut Nyak Dhien, UTU, Selasa (20/8/2024).

Kuliah umum ini dimulai pukul 09.00 WIB, diawali dengan sambutan oleh Dekan FPIK UTU yang diwakili oleh Dekan I, Dr. Muhammad Rizal, S.Pi., M.Si. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan, “Kegiatan ini merupakan inisiatif FPIK UTU guna memberikan gambaran kepada para mahasiswa, khususnya mahasiswa baru, mengenai dunia konservasi hiu dan pari di Indonesia, terutama spesies-spesies yang statusnya terancam.”

Muhammad Fauzi, sebagai pemateri, memberikan materi berjudul Threatened Sharks Conservation, yang membahas perjalanan IMPACT Blue Sea Foundation dalam mengelola program konservasi hiu dan pari di Indonesia.

Fauzi juga menjelaskan mengenai ragam spesies hiu dan pari yang terancam punah di perairan Indonesia serta tantangan konservasi yang dihadapi. Salah satu fokusnya adalah bagaimana konservasi dapat diseimbangkan dengan kebutuhan ekonomi manusia, khususnya dalam sektor perikanan dan kelautan.

Acara yang dimoderatori oleh Samsul Bahri, S.Kel., M.Si ini turut membahas topik-topik penting seperti: Perjalanan lembaga IMPACT Blue Sea Foundation dalam konservasi laut. Identifikasi spesies hiu dan pari yang terancam di Indonesia. Tantangan konservasi dan keseimbangan antara perlindungan spesies dengan kepentingan ekonomi masyarakat.

Kegiatan ini ditutup dengan sesi tanya jawab interaktif, di mana para mahasiswa menunjukkan antusiasme untuk terlibat lebih dalam dengan isu konservasi hiu dan pari. Fauzi berharap kegiatan ini menjadi titik awal bagi kolaborasi lebih lanjut antara mahasiswa FPIK UTU dan IMPACT Blue Sea Foundation, terutama dalam penelitian ilmiah terkait hiu dan pari.

Kuliah umum ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran mahasiswa mengenai pentingnya konservasi spesies laut yang terancam dan memperkuat peran akademisi dalam mendukung upaya perlindungan ekosistem laut Indonesia. (Humas UTU).