UTU Gelar Kuliah Umum Mengupas Strategi Diplomasi Indonesia untuk Palestina

Meulaboh – UTU | Universitas Teuku Umar (UTU) kembali menegaskan komitmennya terhadap isu kemanusiaan global dengan menyelenggarakan kuliah umum bertajuk “Strategi Diplomasi Pemerintah Indonesia Dalam Konflik Palestina-Israel”. Kegiatan yang berlangsung di Auditorium Teuku Umar, Selasa (27/05/2025) ini menjadi wadah pencerahan bagi sivitas akademika UTU dan masyarakat luas mengenai peran Indonesia dalam upaya perdamaian di Palestina. Hadir dalam kegiatan tersebut Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama Dr. Ir. M. Aman Yaman, M.Agric.Sc., Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Umum Prof. Dr. Nyak Amir, S.Pd., M.Pd., para dekan lingkup UTU, para kelapa lembaga, para kepala biro, para ketua jurusan, dan mahasiswa UTU.

Acara dibuka dengan sambutan hangat dari Rektor UTU, Prof. Dr. Drs. Ishak Hasan, M.Si. yang menekankan pentingnya kepedulian terhadap nasib rakyat Palestina. Menurut Prof. Ishak Hasan meskipun UTU menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) paling barat Indonesia, namun kita semua ingin menghebatkan Indonesia dari barat. Prof. Ishak Hasan juga menegaskan bahwa isu Palestina bukan hanya masalah umat Islam, melainkan masalah kemanusiaan universal.

“Kita tidak bisa membiarkan rakyat Palestina semakin menderita. Saya berharap kita tidak boleh diam, karena pemerintah kita bahwa kita harus berjuang agar Palestina bisa merdeka.” ujar Prof. Ishak Hasan sembari menggarisbawahi motto UTU “Kami Bersahabat Dengan Semua Bangsa” sebagai pesan tentang pergaulan dunia yang beradab.

Kuliah umum ini menghadirkan dua narasumber terkemuka dari Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri (BSKLN) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Republik Indonesia, yakni, Diana E.S. Sutikno, M.Si. LL.M., seorang Diplomat Senior dan mantan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Osaka (2020-2023) serta Akhmad Masbukhin, M.S.I., Diplomat Ahli Madya dan Koordinator Fungsi Timur Tengah, Asia Selatan, dan Tengah. Sesi kuliah umum dan diskusi dipandu oleh Cut Asmaul Husna, S.Ag., M.M., Dosen FISIP UTU yang dikenal fokus pada isu hak asasi manusia. 

Peran Aktif Indonesia dalam Konflik Palestina-Israel

Diana E.S. Sutikno, M.Si. LL.M., dalam paparannya mengawali dengan penegasan Presiden Prabowo Subianto mengenai keprihatinan atas serangan yang dialami rakyat Palestina, Lebanon, dan Suriah. Ia menjelaskan langkah-langkah konkret Pemerintah Indonesia pasca-serangan 7 Oktober 2023, yang meliputi: advokasi bilateral, regional, multilateral, dan forum internasional, termasuk diplomasi digital dengan tagar #alleyesonRafah.

“Pemerintah Indonesia terus berupaya memberikan bantuan kepada negara-negara terdampak konflik, mulai dari pengiriman rumah sakit lapangan, bantuan obat-obatan, hingga bantuan pendidikan bagi anak-anak dan remaja Palestina.” tutur Diana Suktikno.

Beliau juga merinci prioritas bantuan Indonesia, yaitu desakan untuk gencatan senjata, bantuan kemanusiaan, perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) di lokasi konflik, serta pengawalan keberlanjutan proses two-state solution. Indonesia juga aktif memberikan advisory opinion ke Mahkamah Internasional (ICJ) berdasarkan Resolusi PBB Nomor 77/247. Meski demikian, Diana Sutikno tidak menampik tantangan yang dihadapi diplomasi Indonesia, seperti tidak adanya hubungan diplomatik dengan Israel, kompleksitas isu, dan opini publik yang terpecah. Ia kemudian menguraikan opsi strategis yang telah disusun pemerintah, termasuk rekonsiliasi Hamas dan Fatah, rekonstruksi Gaza dan Tepi Barat, Temporary International Non-Military Presence, dan pengiriman pasukan perdamaian.

Memahami Akar Sejarah dan Teologis Konflik Palestina

Akhmad Masbukhin, M.S.I. dihadapan 300 peserta membuka sesinya dengan kalimat yang menyentuh, menggambarkan relasi kuat antara Indonesia dan Palestina. Beliau menekankan pentingnya terus membicarakan isu Palestina agar tidak ada yang melupakan penderitaan di sana.

“Sebagaimana orang-orang Israel tidak pernah lelah menyiksa rakyat Palestina, maka sudah seharusnya kita tidak pernah lelah untuk membicarakan isu ini.” tegas Akhmad Masbukhin.

Masbukhin memaparkan akar sejarah konflik Palestina-Israel yang telah berlangsung selama tujuh dekade, bahkan lebih dari 5.000 tahun jika ditarik jauh ke belakang. Ia menyoroti perbedaan perspektif dan benturan interpretasi sejarah, serta klaim kepemilikan atas tanah dan siapa yang pertama kali memasuki Palestina. Lebih lanjut, ia menjelaskan kompleksitas benturan teologis, dimana Palestina menjadi tanah suci bagi tiga agama samawi: Yahudi, Kristen, dan Islam.

“Yerusalem, khususnya, memiliki makna mendalam bagi ketiganya, dari Kingdom of Solomon bagi Yahudi, tempat kelahiran Yesus bagi Kristen, hingga kiblat pertama umat Islam bagi Muslim.” papar Masbukhin. Beliau  menyimpulkan bahwa penyelesaian konflik tidak dapat mengedepankan aspek agama karena merupakan aspek non-negotiable.

Kuliah umum ini berhasil memberikan pemahaman komprehensif mengenai strategi diplomasi Indonesia dalam konflik Palestina-Israel, sekaligus mengingatkan kembali akan pentingnya kepedulian terhadap kemanusiaan. Semoga kegiatan ini dapat memicu semangat mahasiswa UTU untuk terus berjuang dan bersuara demi kemerdekaan Palestina serta terwujudnya perdamaian dunia yang adil dan beradab. [HUMAS]

Teks: Yuhdi F. | Foto: Zul Eman.

Related Posts

Leave a Reply