MEULABOH – UTU | Sebagai negara yang dominan dengan wilayah perairan, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan ekonomi melalui sektor perikanan dan kelautan. Dr. Munandar, S.Pi., M.Sc dosen Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Teuku Umar (UTU), mengatakan bahwa pengembangan model ekonomi biru (blue economy) dapat menjadi salah satu strategi utama dalam pembangunan Nasional berkelanjutan di Indonesia.
Konsep blue economy merupakan pemanfaatan sumber daya laut berkelanjutan bagi laju pertumbuhan ekonomi, dengan tetap menjaga kesehatan ekosistem laut.
Menurutnya, model bisnis blue economy dapat diterapkan penduduk Indonesia yang memanfaatkan sektor perikanan dan kelautan sebagai mata pencaharian mereka. “Model bisnis tersebut bukan hanya melibatkan nelayan, tetapi juga wirausahawan yang mengembangkan hasil olahan produk perikanan dan kelautan,” ujar Munandar
Hal ini diungkapkan Dr. Munandar saat memberikan materi pada acara Fokus Grup Discussion (FGD) Pengembangan Sektor Wisata Bahari (kampung bahari) di Kabupaten Simeulu yang diselenggarakan oleh Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) Universitas Teuku Umar dalam program Ekpsedisi Kampung Bahari yang berlangsung 16 – 23 Juni 2023.
Pada awalnya, konsep blue economy hanya mencakup seluruh produk perikanan yang bernilai ekonomi, namun sekarang konsep tersebut meluas dan mencakup keberlanjutan ekosistem laut sebagai salah satu kontributor PDB terbesar di Indonesia. Keberlanjutan dalam blue economy tersebut mengintegrasikan triple bottom line dari pengembangan berkelanjutan, yaitu antara environment, social, dan governance (ESG).
Munandar melanjutkan, untuk mencapai blue economy tersebut ada beberapa langkah yang harus dilakukan, diantaranya pengembangan kebijakan dan regulasi yang mendukung Ekonomi Biru; Peningkatan investasi di sektor Ekonomi Biru; Meningkatkan kapasitas manusia melalui pendidikan dan pelatihan; Kolaborasi antara sektor publik, swasta dan masyarakat sipil serta Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan Ekonomi Biru.
Berkaitan ekowisata bahari, Dr. Munandar mengungkapkan fokus pada menghormati dan melestarikan lingkungan laut dan pesisir, sambil memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat setempat.
Aspek penting ekowisata tersebut berupa konservasi dan Pelestarian; Pemberdayaan Masyarakat Lokal; Peningkatan Pendidikan dan Kesadaran; Pengembangan Ekonomi Lokal dan Manajemen Berkelanjutan.
“Pendekatan pariwisata yang berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap sumber daya alam laut dan pesisir untuk melindungi dan melestarikan ekosistem laut, serta memberikan manfaat ekonomi dan sosial kepada masyarakat lokal,” jelas Munandar
Koordinator Prodi Magister Perikanan Universitas Teuku Umar ini juga menyoroti potensi pulau Simeulue sebagai Ekowisata Bahari. Menurutnya ada beberapa potensi yang dapat dikembangkan yaitu keindahan Pantai dan Surfing; Penyelaman dan Pemandangan Bawah Laut; Observasi Satwa Liar; dan Ekowisata Budaya dan Tradisi Lokal. (Aduwina Pakeh / Humas UTU).