UTU Gelar Kuliah Umum Strategi Pengentasan Kemiskinan Bersama Bupati Abdya

Meulaboh – UTU | Universitas Teuku Umar (UTU) menggelar Kuliah Umum bertema “Strategi Pemerintah Daerah Menurunkan Angka Kemiskinan: Pembelajaran dari Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya)”. Acara yang berlangsung di Auditorium Teuku Umar, Rabu (1/10/2025), menghadirkan Bupati Aceh Barat Daya, Dr. Safaruddin, S.Sos., M.S.P., sebagai pembicara utama.

Kegiatan ini diikuti lebih dari 500 peserta, terdiri atas dosen dan mahasiswa UTU dari berbagai fakultas. Antusiasme terlihat sejak awal acara, di mana para peserta aktif berdiskusi mengenai strategi pengentasan kemiskinan yang dipaparkan langsung oleh kepala daerah.

Rektor UTU, Prof. Dr. Ishak Hasan, M.Si., dalam sambutannya menegaskan bahwa kampus memiliki tanggung jawab moral dan akademik untuk menjadi mitra pemerintah dalam mencari solusi atas persoalan pembangunan, termasuk isu kemiskinan.

“Universitas Teuku Umar bukan hanya tempat belajar, tetapi juga ruang dialog antara akademisi, mahasiswa, dan praktisi. Dengan menghadirkan langsung Bupati Abdya, kita belajar dari praktik nyata bagaimana strategi penanggulangan kemiskinan dijalankan di tingkat daerah,” ujar Prof. Ishak.

Prof. Ishak menambahkan, kuliah umum ini sekaligus membuka ruang bagi mahasiswa UTU untuk mengembangkan penelitian yang lebih aplikatif. “Kami berharap mahasiswa bisa terinspirasi untuk menghasilkan riset-riset yang dapat memberi kontribusi nyata bagi kebijakan publik,” kata Prof. Ishak

Rektor UTU menegaskan, pengalaman Abdya dapat menjadi laboratorium pembelajaran bagi sivitas akademika. “Kami di UTU siap melakukan kajian ilmiah terkait efektivitas Dana Otsus maupun program daerah sebagai bahan masukan untuk BPS dan pemerintah,” ucap Prof. Ishak. 

Dalam pemaparannya, Bupati Abdya, Dr. Safaruddin menjelaskan bahwa kemiskinan adalah persoalan multidimensi, tidak hanya terkait pendapatan, tetapi juga akses pendidikan, kesehatan, sanitasi, serta kerentanan ekonomi masyarakat.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Maret 2025, Aceh masih menjadi provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Sumatera, yakni 12,33 persen atau sekitar 704,69 ribu jiwa. Di Abdya, persentase kemiskinan turun menjadi 13,30 persen, meski jumlah penduduk miskin masih mencapai 21,47 ribu jiwa.

Dr. Safaruddin  menyebut strategi Abdya 2025–2029 dibagi dalam empat klaster utama, yakni penguatan ekonomi produktif berbasis pertanian, perikanan, dan UMKM; perlindungan sosial dan layanan dasar; peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan fokus pada generasi muda dan perempuan; serta tata kelola berbasis data dan transparansi.

Beliau menegaskan pentingnya pemanfaatan Dana Otonomi Khusus (Otsus) dan Dana Desa secara terintegrasi. “Jika dikelola dengan tepat, Dana Otsus dapat menjadi game changer dalam pengentasan kemiskinan di Aceh,” ungkapnya.

Sejak dilantik menjadi Bupati Abdya, Dr. Safaruddin telah meluncurkan sejumlah program, seperti pembangunan irigasi pertanian, industrialisasi perikanan, program makan bergizi gratis bagi pelajar, serta penguatan koperasi dan UMKM lokal. Program tersebut disebutnya sebagai fondasi menuju visi Abdya Maju, Masyarakat Sejahtera.

Selain membahas strategi pengentasan kemiskinan, Bupati Safaruddin juga berpesan agar mahasiswa UTU membekali diri dengan keterampilan yang relevan, membangun portofolio nyata, memperluas jejaring positif, dan menjunjung tinggi etika. Empat pilar ini disebutnya sebagai fondasi utama untuk menjadi mahasiswa yang berdaya saing di era kompetisi global. “IPK tetap penting, tetapi tidak cukup. Yang dibutuhkan dunia kerja adalah keterampilan, bukti nyata karya, serta integritas,” ujarnya

Safaruddin juga membagikan kisah perjalanan hidupnya yang penuh tantangan sebelum terpilih menjadi Bupati Abdya. Ia menekankan bahwa kegagalan bukan akhir, melainkan bagian dari proses menuju kesuksesan. “Waktu kuliah adalah masa pembentukan diri. Jangan sekadar mengejar ijazah, tapi bangun karakter, jejaring, dan karya. Banggakan orangtua saat kalian diwisuda nanti,” pesannya disambut tepuk tangan para peserta kuliah umum

Acara kemudian ditutup dengan sesi tanya jawab yang melibatkan mahasiswa dari berbagai program studi. Diskusi berlangsung hangat, mencerminkan semangat kolaborasi antara kampus dan pemerintah dalam membangun daerah. Dengan adanya kuliah umum ini, UTU menegaskan kembali komitmennya sebagai kampus publik di Aceh Barat yang tidak hanya mencetak lulusan, tetapi juga melahirkan gagasan dan solusi bagi pembangunan daerah, khususnya dalam upaya menurunkan angka kemiskinan. [Humas UTU]

Laporan: Editor: Yuhdi F. | Foto: Zul Eman & Fuadi.

Related Posts

Leave a Reply