Tim Peneliti UTU-USK-BRIN Gelar FGD Inovasi Teknologi Irigasi Cincin Hemat Air Bertenaga Surya

Meulaboh – UTU | Di tengah ancaman perubahan iklim dan krisis air yang semakin nyata, inovasi teknologi menjadi kunci utama bagi keberlanjutan sektor pertanian. Sebuah angin segar kini berhembus dari Aceh Barat, di mana Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, berkolaborasi dengan Universitas Syiah Kuala (USK) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), memperkenalkan sebuah terobosan: Sistem Irigasi Cincin Hemat Air Berbasis Sensor dan Energi Surya.

Kamis (24/7), Hotel Meuligo menjadi saksi bisu Focus Group Discussion (FGD) dan sosialisasi teknologi ini. Ruangan dipenuhi oleh para peneliti, akademisi, hingga perwakilan kelompok tani yang antusias menyambut solusi adaptif ini.

Dr. Ir. Astiah Amir, ST, MT., Ketua Tim Peneliti sekaligus Dosen Teknik Sipil UTU Meulaboh, membuka diskusi dengan menjelaskan visi di balik penelitian ini. “Kami ingin menghadirkan solusi irigasi yang efisien dan sederhana, namun dapat langsung dimanfaatkan petani di lapangan,” ujarnya. Penelitian ini sendiri mendapat dukungan pendanaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk tahun 2025 dan 2026, menandakan komitmen serius terhadap pengembangan ini.

Suasana FGD yang dipandu secara interaktif oleh Fachruddin, STP, M.Si., Dosen Teknik Sipil UTU yang juga anggota tim riset, terasa hangat. Bahkan, pantun jenaka yang dilontarkan moderator berhasil mencairkan suasana dan menambah semangat diskusi.

Sinergi UTU, BRIN, dan USK

Ir. Yuliatul Muslimah, MP., Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UTU, dalam sambutan pembukaannya, memberikan apresiasi tinggi terhadap kolaborasi yang terjalin antara UTU, BRIN, USK, serta  kelompok tani. Sinergi ini menjadi fondasi kuat dalam mewujudkan teknologi yang relevan dengan kebutuhan lapangan.

Para narasumber kunci turut memperkaya diskusi. Reskiana Saefuddin, PhD., Peneliti dari BRIN, menekankan urgensi teknologi irigasi berkelanjutan di tengah tantangan iklim dan secara khusus menguraikan keunggulan metode irigasi cincin. Sementara itu, Dr. rer. hort. Indera Sakti Nasution, S.TP., M.Sc., Dosen Teknik Pertanian USK, menyoroti potensi integrasi energi surya, sensor kelembapan tanah, dan Internet of Things (IoT). “Pemanfaatan panel surya dan sensor yang terintegrasi dengan sistem irigasi otomatis berbasis IoT ini membuka peluang peningkatan pendapatan dan daya saing bagi petani kecil,” jelasnya.

Studi kasus di Aceh menjadi bukti nyata bahwa teknologi ini mampu menjawab ketimpangan infrastruktur dan menciptakan pertanian yang lebih adaptif, efisien, dan berkelanjutan.

Sesi diskusi berlangsung interaktif, diwarnai antusiasme dari perwakilan kelompok tani. Berbagai pertanyaan diajukan, pengalaman dibagikan, dan harapan agar teknologi ini segera terimplementasi di lahan mereka pun disuarakan. Kelompok Tani Sama Rasa, sebagai mitra utama di Aceh Barat, bahkan secara khusus menyampaikan terima kasih dan berharap kolaborasi serupa dapat terus berlanjut di masa mendatang.

Sebagai penutup kegiatan, peserta diajak meninjau langsung lahan percontohan di Universitas Teuku Umar. Lokasi ini tak hanya berfungsi sebagai demonstrasi teknologi, melainkan juga sebagai sarana edukasi praktis yang memungkinkan petani melihat langsung cara kerja sistem irigasi cincin.

Melalui upaya kolaboratif ini, Sistem Irigasi Cincin Hemat Air Berbasis Sensor dan Energi Surya diharapkan dapat diadopsi lebih luas di Aceh Barat dan sekitarnya. Lebih dari itu, kolaborasi ini diharapkan mampu memperkuat sinergi antara perguruan tinggi, lembaga riset, dan masyarakat, demi membangun pertanian yang tangguh dan berkelanjutan di masa depan. [Humas UTU]

Sumber: aceh.tribunnews.com.

Related Posts

Leave a Reply