Banda Aceh – UTU | Upaya menjaga kelestarian perikanan di perairan Selat Benggala menjadi sorotan utama dalam kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) yang digelar oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh. Acara yang berlangsung di Hotel HIP HOP Banda Aceh, Kamis (31/07) ini mempertemukan berbagai pihak, diantaranta Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh, akademisi USK, UTU, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), LSM, Lembaga Adat, Panglima Laot, dan instansi terkait lainnya. Kegiatan ini bertujuan untuk membahas hasil penelitian pengelolaan perikanan karang dan demersal.
Kepala DKP Aceh, Aliman, S.Pi., M.Si., menekankan pentingnya mengoptimalkan hasil penelitian untuk mendukung pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Menurutnya, ada beberapa aspek kunci yang harus diperhatikan, yaitu, sosial ekonomi nelayan, perizinan dan pengawasan, kondisi sumber daya ikan, kawasan konservasi, serta peran kelembagaan Panglima Laot. Ia juga menyoroti pentingnya penggunaan alat tangkap yang selektif untuk menjaga populasi ikan.
Senada dengan itu, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar (UTU), Prof. Dr. Ir. Ismail Sulaiman, S.TP., M.Sc., IPU, mengapresiasi hasil penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 2019 tersebut. Namun, ia juga memberikan masukan penting, yaitu perlunya sinkronisasi antara instrumen penelitian dengan kondisi riil di lapangan. Hal ini bertujuan agar hasil penelitian dapat benar-benar mewakili aspek keberlanjutan sumber daya ikan yang ada di Selat Benggala.
Lebih lanjut, Prof. Ismail menyoroti beberapa tantangan yang masih dihadapi, seperti masih rendahnya kesadaran masyarakat terkait penggunaan alat tangkap, praktik pengeboman ikan, dan pembiusan. Ia menegaskan bahwa diperlukan kolaborasi dari semua pihak untuk memastikan sumber daya ikan saat ini dapat terus dinikmati oleh generasi mendatang. [Humas UTU]
Laporan: Ismail S. | Editor: Yuhdi F. | Foto: Istimewa
