MEULABOHUTU | Universitas Teuku Umar menggelar acara pentas Tari budaya sebagai persembahan dalam agenda student mobility Universiti Putra Malaysia. Acara yang diadakan merupakan kegiatan kolaborasi bersama UKM Tari dalam Program Kosass Tour a Culture 4.0 (KTA 4.0) dengan maksud untuk memperkaya, mempromosikan, dan mempertahankan kekayaan warisan budaya Indonesia dan juga budaya Malaysia.

Salah satu sorotan dari acara ini adalah beragam penampilan tari dari para mahasiswa kedua Universiti. Adapun tarian persembahan dari mahasiswa UTU diantaranya tari kreasi Aceh, rapa’i saman, performa lagu pop indonesian music dan lagu Aceh. Sementara persembahan dari mahasiswa UPM diantaranya  lakonan silat pembukaan + mantera simerah padi, tarian dikir puteri, nyanyian pop Malaysian music, tarian zapin ya salam johor dan nyanyian terimakasih sayang.

Rangkaian penampilan tari budaya tersebut berlangsung di Auditorium Universitas Teuku Umar, Kamis (30/11/2023). Turut hadir para pimpinan dan civitas akademika UTU.

Ketua CIA UTU Refanja Rahmatillah, M.App.Ling menyebutkan melalui kegiatan pentas tari budaya ini, semoga mahasiswa UTU dengan mahasiswa UPM dapat bertukar pengetahuan mengenai seni budaya antara dua negara. Ini akan menambah wawasan untuk para mahasiswa. Termasuk KOSASS UPM dapat mengenal dan mempelajari budaya Indonesia, khususnya Aceh, dengan mahasiswa dari berbagai prodi yang ada di UTU.

Refanja menyebutkan melalui inisiatif ini, UTU berharap dapat memberikan kontribusi positif dalam melestarikan dan menghormati budaya lokal serta nasional.

“Harapannya kami dapat memberikan kesan baik kepada mereka (peserta dari Malaysia) bahwa budaya Indonesia itu kaya, dan mahasiswa UTU itu sebenernya banyak potensinya, tidak hanya belajar, tapi juga untuk seni dan entrepreneurshipnya juga maju dan bisa berinovasi,” ucapnya.

Menurut salah satu peserta Kosass Tour a Culture 4.0 (KTA 4.0), Muhammad Ikbal bin Herman, mengatakan bahwa ia sangat senang dengan adanya pagelaran budaya ini dan mengenal banyak budaya yang ada di Indonesia.

“Di hari kelima ini saya sangat senang dan terhibur, juga jadi tahu banyak budaya di Indonesia. Dan yang menarik, saya bisa lebih tahu tentang budaya Aceh,” ujarnya saat ditemui.

Dalam era globalisasi, upaya untuk menjaga dan menghormati budaya lokal sangat penting. Acara yang digelar oleh CIA ini akan menjadi tonggak dalam membangkitkan kesadaran akan pentingnya warisan budaya dan mendorong kolaborasi lintas generasi untuk merayakan keanekaragaman budaya yang kaya di Indonesia. (Aduwina Pakeh / Humas UTU)