MEULABOHUTU | Sebanyak 22 mahasiswa Kolej Sultan Alaeddin Sulaeman Shah (KOSASS) University Putra Malaysia berkunjung ke Masjid Giok Agung Baitul A’la Nagan Raya, Minggu (3/12/2023).

Kunjungan ini adalah bagian dari rangkaian program “KOSASS Tour a’ Culture 4.0” yang berlangsung Universitas Teuku Umar sejak 24 November 2023 lalu.

Rombongan mahasiswa UPM itu disambut pengurus Masjid Giok Nagan Raya. “Kami mengucapkan terima kasih atas kedatangan para mahasiswa KOSASS UPM dan pensyarah. Sebenarnya Indonesia dan Malaysia adalah satu. Sebelum dipisahkan menjadi dua negara, kita adalah Nusantara,” kata salah seorang pengurus Masjid yang terletak di gampong Lueng Baro, Suka Makmur tersebut.

Korpus CIA UTU Refanja Rahmatillah, M.App.Ling kepada Humas UTU mengatakan tujuan pihaknya memfasilitasi para peserta Student Mobility tersebut ke Masjid Giok untuk mengetahui pola imarah (program takmir/memakmurkan) Masjid Agung Baitul ‘Ala tersebut serta melihat kekayaan alam (batu giok Aceh) yang melapisi segenap dinding dan lantai Masjid yang diklaim sebagai salah satu destinasi terbaik di Aceh tersebut.

Lanjutnya, melalui kunjungan ini, para mahasiswa UPM akan mendapatkan kesempatan dalam memperkaya pengalaman dan wawasan mereka tentang Aceh, tentang kebudayaan dan agama.

Kegiatan ini telah menjadi bukti komitmen Universitas Teuku Umar dalam mempromosikan kebudayaan lokal khususnya kawasan Barat Selatan Aceh ke pentas internasional melalui berbagai program kerjasama termasuk student mobility.

Dari kunjungan ini diharapkan mahasiswa bisa melihat nilai-nilai toleransi, keragaman budaya, dan persatuan yang tercermin dalam arsitektur dan sejarah masjid tersebut.

Keindahan bangunan dan ornamen-ornamennya juga memberikan kesan mendalam tentang warisan budaya dan karya seni yang perlu diberikan apresiasi.

Tentang Masjid Giok Nagan Raya

Masjid Agung Baitul A’la atau Masjid Giok terletak di Kompleks Perkantoran Suka Makmue, Kabupaten Nagan Raya, Aceh akhirnya diresmikan setelah 12 tahun dibangun. Lantai, sebagian dinding dan tiang dalam masjid itu dilapisi tiga jenis batu giok.

Masjid yang berukuran 75 meter x 47,5 meter itu dibangun di atas lahan seluas tiga hektare. Masjid itu terdiri dari dua lantai untuk shalat, satu lantai basement untuk tempat wudhu’ dan parkir. Masjid Giok dapat menampung 5.600 orang jamaah.

Masjid Giok mulai dibangun Pemerintah Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2010 lalu ketika daerah itu dipimpin Bupati T Zulkarnaini bersama Wakil Bupati M Kasem Ibrahim. Kemudian proses pembangunan dilanjutkan Zulkarnaini pada periode kedua saat berpasangan dengan Jamin Idham sebagai Wakil Bupati. Setelah masa jabatan habis pembangunan dilanjutkan Jamin yang terpilih sebagai bupati bersama Chalidin Oesman sebagai wakil bupati.

Hingga saat ini proses pembangunan masih berlanjut. Total dana yang telah dihabiskan sekitar Rp 129 miliar dari total rencana kebutuhan anggaran sebesar Rp 176 miliar. Selama ini dana pembangunan masjid bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (APBK) swakelola serta dana Otonomi Khusus (Otsus).

Yang paling menarik dari masjid ini adalah memiliki ciri khas batu giok. Batu giok yang dipakai di masjid ini ditambang dari Pegunungan Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Nagan Raya. Daerah tersebut terkenal dengan potensi giok cukup besar serta sangat berkualitas.

Batu giok merupakan salah satu batu mulia yang banyak diburu untuk koleksi. Jika umumnya orang menyimpan batu giok di dalam lemari perhiasan, menguncinya, dan hanya memakai di saat-saat istimewa, di masjid ini batu giok justru terhampar luas.

Kini masjid giok, menjadi salah satu pusat kebudayaan Islam di Indonesia yang bukan hanya digunakan untuk shalat semata, tetapi menjadi tempat pendidikan, museum Al-Qur’an, perpustakaan dan tentunya menjadi destinasi ziarah yeng memikat wisatawan baik lokal maupun luar negeri. (Aduwina Pakeh / Humas UTU).