Fakultas Ilmu Kesehatan UTU Gelar ICPH ke-6 Bahas Dampak Perubahan Iklim pada Kesehatan Publik

Meulaboh – UTU | Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Teuku Umar (UTU) secara resmi membuka kegiatan The 6th International Conference on Public Health (ICPH) di Auditorium Teuku Umar pada Rabu (29/10/2025). Konferensi internasional ini mengangkat tema krusial, yakni “Impact of Global Climate Change on Public Health” yang berupaya mengurai korelasi antara isu lingkungan global dengan tantangan kesehatan masyarakat.

Dalam sambutan pembukaannya, Rektor Universitas Teuku Umar, Prof. Dr. Ishak Hasan, M.Si., menekankan pentingnya respon publik, khususnya dari kalangan akademisi dan peneliti, terhadap fenomena perubahan iklim.

“Kami berharap forum ini dimanfaatkan sebagai katalisator bagi inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan untuk mempersiapkan masyarakat yang resilien atau tangguh terhadap dampak perubahan iklim global.” ujar Prof. Ishak.

Menurut Prof. Ishak Hasan perubahan iklim bukan lagi sekadar wacana lingkungan, melainkan tantangan nyata yang secara langsung meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap berbagai masalah kesehatan. Rektor menegaskan bahwa penelitian yang aplikatif sangat dibutuhkan untuk menghasilkan kebijakan publik yang tepat sasaran.

Konferensi ini menjadi semakin penting dengan kehadiran lima pembicara utama (keynote speaker) ternama dari berbagai negara dan latar belakang keahlian. Para pakar yang akan berbagi perspektif dan penelitian mutakhir tersebut meliputi Prof. Kraichat Tantrakarnapa dari Mahidol University (Thailand), Ybhg. Prof. Dr. Normala Binti Ibrahim dari Universiti Putra Malaysia, dan Prof. Giurgiulescu Liviu-Laurentiu dari Technical University of Cluj Napoca (Romania). Dari Indonesia, turut hadir Prof. dr. Rahayu Lubis, M.Kes., Ph.D. dari Universitas Sumatera Utara dan Laura Navika Yamani, S.Si., M.Si., Ph.D. dari Universitas Airlangga. Kehadiran para pakar ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan dan solusi berbasis riset yang konstruktif dalam upaya adaptasi terhadap perubahan iklim.

Prof. Dr. Normala Ibrahim dari Universiti Putra Malaysia mengungkapkan bahwa perubahan iklim telah memperparah kejadian banjir, gelombang panas, dan bencana alam lain yang berdampak pada gangguan psikologis seperti kecemasan dan depresi. “Krisis iklim adalah krisis kesehatan yang memengaruhi baik fisik maupun mental,” ujarnya.

Sementara itu, Dr. Laura Navika Yamani dari Universitas Airlangga menegaskan perubahan iklim mengubah pola epidemiologi penyakit menular, termasuk demam berdarah, malaria, dan penyakit zoonosis. “Kenaikan suhu dan curah hujan ekstrem meningkatkan risiko penyebaran penyakit berbasis vektor dan air,” jelasnya.

Dari Indonesia, Prof. Dr. Rahayu Lubis (Universitas Sumatera Utara) menambahkan bahwa re-emerging diseases seperti dengue dan leptospirosis kini menjangkau wilayah yang sebelumnya bebas penyakit tersebut. Ia menekankan pentingnya sistem peringatan dini, edukasi masyarakat, serta penguatan layanan kesehatan berbasis mitigasi iklim.

Pembicara lain, Prof. Liviu Giurgiulescu dari Technical University of Cluj-Napoca, Rumania menyoroti dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan dan meningkatnya risiko gizi buruk. “Krisis pangan bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga kesehatan mental dan sosial masyarakat,” paparnya.

Kraichat Tantrakarnapa dari Mahidol University, Thailand, memaparkan hasil riset nasional yang menunjukkan korelasi antara suhu ekstrem dan peningkatan angka rawat inap akibat penyakit jantung, pernapasan, dan diare. Ia menekankan perlunya kolaborasi lintas negara untuk adaptasi sistem kesehatan terhadap iklim ekstrem.

Pembukaan konferensi ini turut dihadiri oleh perwakilan pemerintah daerah, diantaranya Bupati Aceh Barat yang diwakili oleh Staf Ahli Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan, Nyak Na, S.E., M.Ec.Dev. Selain itu, jajaran wakil rektor, dekan, dosen, dan mahasiswa di lingkungan FIK UTU juga memadati auditorium, bersama dengan para peserta konferensi dari berbagai institusi, baik dalam maupun luar negeri. Kegiatan ICPH ke-6 ini diselenggarakan dalam format hibrida, menggabungkan kehadiran fisik dan partisipasi daring, untuk memperluas jangkauan diskusi ilmiah ke skala global. [Humas UTU]

Laporan: Yuhdi F. | Foto: Zul Eman.

Related Posts

Leave a Reply