MEULABOH – UTU | Dosen UTU melalui Pusat Riset Collaborative Research Center of Disaster, Climate Change, for Earthquake , Tsunami, and Community Resilience (CRC ETRC) melakukan kegiatan sosialisasi dan pelatihan pembuatan inovasi paving block. Inovasi pada paving block dengan mencampurkan limbah fly ash dan limbah plastik.
Saat ini, pembangunan dengan pendekatan rendah karbon semakin digencarkan. Aktivitas konstruksi menyumbang emisi yang berkontribusi pada peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK) dan memperparah pemanasan global. Semen, yang merupakan komponen utama dalam beton, tetap menjadi material populer. Namun, proses produksi semen menghasilkan polusi udara. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah memanfaatkan limbah sebagai substitusi parsial dalam campuran beton. Beberapa penelitian mendukung pemanfaatan limbah dalam konstruksi, termasuk penggunaan limbah styrofoam EPS.
Di Kabupaten Aceh Barat, garis pantai membentang sepanjang ± 55 km, dengan sekitar 60% dari total populasi sebanyak ± 190.244 jiwa (BPS, 2015) tinggal di kawasan pesisir. Salah satu tantangan utama masyarakat pesisir adalah masalah sampah yang semakin kompleks. Wilayah pesisir ini memiliki potensi perikanan dan kelautan yang dimanfaatkan nelayan untuk menangkap ikan.
Selain itu, sumber daya lain seperti hutan mangrove, wisata bahari, dan hasil tangkapan laut juga berperan penting. Selain sebagai sumber daya alam, kawasan pesisir mendukung berbagai aktivitas lain, seperti transportasi dan pelabuhan, industri, agribisnis, pariwisata, permukiman, serta tempat pembuangan sampah. Sayangnya, sampah laut telah mencemari ekosistem pesisir dan laut.
Sebagian besar penduduk di pesisir Aceh Barat mengandalkan laut sebagai sumber mata pencaharian, baik dengan menangkap ikan maupun berjualan di pasar tradisional, termasuk di warung mie Aceh—makanan favorit masyarakat setempat. Selain itu, ada pula yang bekerja sebagai pengrajin paving block, batako, dan buis beton.
Masyarakat di wilayah ini hidup dengan sederhana dan masih membutuhkan dukungan untuk meningkatkan keterampilan serta penghasilan. Laut menjadi elemen penting bagi mereka, karena menyediakan berbagai sumber daya yang ada di dalam dan di atasnya. Sayangnya, pencemaran laut terus meningkat, tidak hanya dari aktivitas masyarakat, tetapi juga karena faktor alam. Hal ini berdampak langsung pada ekosistem laut, merusak kehidupan biota, menimbulkan masalah kesehatan, serta mempengaruhi estetika dan ekonomi kawasan pesisir.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya serius dalam mengurangi sampah yang mencemari laut dan pesisir. Salah satu alternatif yang dapat diterapkan adalah pengelolaan sampah, khususnya sampah plastik, yang mendominasi limbah di kawasan pesisir Aceh Barat .
Dr Astiah Amir ST MT selaku ketua pusat riset membuat kegiatan ini untuk memperkenalkan kepada perwakilan masyarakat Desa Seuneubok terutama yang berprofesi sebagai tukang bangunan dan menambah pengetahuan serta wawasan bahwa limbah juga dapat dimanfaatkan. Kegiatan dilakukan di Aula Desa Seuneubok Kec Johan Pahlawan pada hari senin 14 Oktober 2024.
Turut hadir mitra kolaborasi dari Dinas lIngkungan Hidup Kabupaten Aceh Barat bapak Dede Redha ST MSi dan mengatakan kegiatan saat ini sangat positif. Sampah yang paling banyakk terdapat di Kbaupaten Aceh Barat yaitu sampah plastic, sehingga dengan kegiatan pengabdian ini harapannya dapat mengurangi limbah plastik yang ada.
Tim Pusat Riset Collaborative Research Center of Disaster, Climate Change, for Earthquake , Tsunami, and Community Resilience (CRC ETRC) Universitas Teuku Umar yang hadir yakni Ir Meylis Safriani ST MT, Ir Dian Febrianti ST MT, Fadli Idris ST MT dan juga mahasiswa TekniK Sipil Universitas Teuku Umar. (Humas UTU).