MEULABOH  – UTU | Ketahanan pangan (food resilience) menjadi isu yang cukup penting saat ini. Terlebih saat ini risiko dampak perubahan iklim semakin meningkat dan mengancam hasil produksi pertanian masyarakat. Untuk mewujudkan ketahanan pangan tersebut, tim dosen UTU melaksanakan kegiatan pengabdian kepada anggota kelompok tani Ingin Maju, Gampong Peunia, Kecamatan Kaway XVI pada Kamis, 28/9/2024.

Kegiatan pengabdian yang didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dilaksanakan oleh Yulia Windi Tanjung, S.P., M.Si., Siti Aminah, S.P., M.Agr., dan Oviana Lisa, S.Si., M.Si.

Ketua tim, Yulia Windi Tanjung, S.P., M.Si., mengatakan bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini didasarkan pada fakta masih rendahnya pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan tanah secara optimal. Padahal menurut Yulia, pengelolaan lahan dan tata cara pemberian pupuk yang benar untuk menjaga unsur hara tanah berdampak besar terhadap jumlah produksi gabah pada masa panen.

“Food Resilience akan tercapai jika laju peningkatan produksi komoditas pangan seperti padi meningkat. Peningkatan produksi sangat dipengaruhi oleh kondisi budidaya hingga penanganan pasca panen.” Ungkap Yulia.

Anggota kelompok tani Ingin Maju diberikan dua materi pokok, yaitu, sosialisasi Program Kit Uji Tanah yang disampaikan oleh Penyuluh Aceh Barat, Jogy Hendro Siahaan, S.P., M.Agr. serta pelatihan Penanganan Pasca Panen oleh Oviana Lisa, S.P., M.Si. dosen Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian UTU.

Dalam materinya terkait program kit uji tanah, Jogy menyampaikan bahwa penerapan kit uji tanah dapat meningkatkan permanen kemandirian petani dalam menganalisis kondisi hara tanah pada lahan pertanian padi. Sehingga petani dapat menentukan pupuk apa yang harus diaplikasikan dan berapa banyak jumlahnya.

Perangkat Kit uji tanah bisa dibawa petani ke lahan karena berbentuk tas kecil yang berisi began warna daun, pH Meter, lampu Bunsen, cawan aluminium, dan timbangan mini digital.
“Perangkat ini bisa membantu petani untuk mengukur unsur hara/kesuburan di lahan padi miliknya masing-masing tanpa harus menunggu penyuluh atau ahli untuk mengukurnya.” tutur Jogy.

Sementara itu, Oviana Lisa, S.P., M.Si. dalam materinya menyampaikan bahwa pentingnya penanganan pascapanen khususnya produksi padi. Selama ini menurut Oviana setidaknya 20 persen hasil produksi padi disimpan oleh petani untuk konsumsi rumah tangga. Untuk menjaga kualitasnya diperlukan pengawet nabati.
“Hasil penelitian saya menunjukkan bahwa penggunaan pengawet nabati cukup baik bagi kualitas beras yang disimpan. Terlebih menggunakan bahan-bahan alami seperti olahan daun belimbing wuluh dan daun pandan wangi.” ungkap Oviana.

Lebih lanjut tutur Oviana, hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan daun pandan wangi dalam bentuk serbuk efektif menghambat aktivitas makan maupun sebagai repellent terhadap kutu beras pada simpanan beras hingga 87,5 persen. Oleh karena itu, insektisida nabati dapat dikembangkan menjadi produk pengawet nabati yang dapat diletakkan di dalam karung simpanan beras untuk mencegah serangan hama kutu beras.

Junaidi selaku anggota kelompok tani Ingin Maju mengungkapkan sangat antusias dengan kegiatan sosialisasi ini. Kelompok tani Ingin Maju memiliki luas lahan sawah yang cukup luas, yaitu, sebesar 38 hektare dengan luas produksi 4 ton/ha.
“Selama ini kita mengalami kondisi penurunan produksi karena minimnya pemahaman tentang kondisi lahan pertanaman padi dan penanganan serangan hama pada beras simpanan hasil panen.” kata Junaidi

Dia berharap kegiatan sosialisasi ini berlanjut pada kegiatan pelatihan penggunaan kit tanah dan penanganan pascapanen, agar ilmunya bisa langsung diterapkan di kehidupan sehari-hari. (Humas UTU| Foto istimewa).