MEULABOH – UTU | Mahasiswa/i program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Teuku Umar, baru-baru ini diundang sebagai bintang tamu dalam Podcast Radio Xtra FM Rimo untuk membahas seputar pengalamannya selama menjalani KKN di Aceh Singkil, keduanya merupakan mahasiswa aktif dari Fakultas Ekonomi atas nama Sahir & Nuri, 10 Agustus 2024.
Program KKN mereka, yang berlangsung dari 15 Juli hingga 15 Agustus, berfokus pada pemanfaatan potensi lokal untuk ketahanan ekonomi dan sosial.
Dalam Podcast tersebut, Sahir & Nuri membagikan wawasan mendalam mengenai proyek yang dilakukannya bersama rekan-rekannya, serta tantangan dan keberhasilan yang mereka alami di lapangan.
“Berfokus pada tema besar KKN tentang pemanfaatan potensi lokal menuju ketahanan ekonomi dan sosial kabupaten Aceh Singkil, maka kami mengusung program unggulan tentang Hidroponik Inovatif sebagai Solusi Menangani Stunting dan Meningkatkan Ketahanan Pangan Keluarga.”
Kami menilai langkah yang kami ambil merupakan sebuah langkah positif untuk menangani masalah ekonomi dan juga stunting, karna memang pencegahan stunting itu juga merupakan bagian tujuan utama dari program KKN UTU tahun ini ujar Sahir.
Diskusi ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kontribusi mahasiswa KKN terhadap masyarakat lokal dan bagaimana pengalaman tersebut memperkaya perspektif akademis mereka.
Dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi yang ketiga tersebut, sahir dan nuri juga menegaskan bahwa mahasiswa memang berperan sebagai agent of change (agen perubahan) serta patut membawa perubahan kepada masyarakat dalam program KKN tersebut.
Tapi perubahan yang diciptakan juga berdasarkan skala waktu yang ditentukan, “benar, mahasiswa sebagai agen perubahan, cuman kita juga menilai bahwasanya besaran perubahan yang kita bawa juga tergantung skala waktunya.
Kan ga mungkin kita harus bikin candi borobudur dalam waktu 30 hari sedangkan pemerintah saja yang notabenenya 5 tahun masa jabatan belum tentu membawa perubahan yang signifikan, tapi kami percaya dan kami optimis bahwa kami mahasiswa mampu menjadi agent of change tersebut”. Jawab sahir dalam menanggapi pertanyaan host dalam Podcast tersebut.
Sahir juga menekankan pentingnya kolaborasi antara mahasiswa, masyarakat, dan lembaga pendidikan dalam menciptakan dampak positif yang berkelanjutan. “Pengalaman ini bukan hanya tentang apa yang kami berikan, tetapi juga tentang bagaimana kami belajar dan berkembang bersama masyarakat yang kami layani,” ujar Sahir.
Selain itu, Sahir juga sempat mendorong pemerintah daerah setempat, Diskominsa, dan PLN untuk dapat memberikan perhatian khusus terhadap daerah-daerah yang masih tertinggal.
“Kami berharap Pemda Aceh Singkil kedepan untuk dapat memberikan perhatian khusus terhadap daerah-daerah yang masih tertinggal atau kurangnya fasilitas infrastruktur yang disediakan, seperti banyaknya jalan yang rusak atau berlubang bahkan belum di aspal sama sekali, jadi sangat membahayakan pengguna jalan.
Begitupun kepada Diskominsa, kami harap problem sinyal internet itu segera diatasi, kami melihat beberapa daerah terpencil sangat sulit mengakses internet sedangkan negara hari ini menerapkan sistem yang serba online termasuk ujian anak-anak sekolah, jadi bagaimana mau menciptakan pendikan yang berkualitas jika kebutuhan sinyal internet saja tidak tersedia.
Terakhir untuk PLN, kami mendapati informasi bahwasanya beberapa daerah terpencil itu tidak dapat menikmati listrik dimalam hari, listrik hanya hidup dari pagi sampai sore saja sedangkan malam hari dimatikan. Itu sungguh miris menjadi persoalan yang sangat serius dan harus diatasi secepat mungkin. Harapan kami kepada semua pihak terkait untuk segera menyelesaikan persoalan tersebut yang terjadi ditengah-tengah masyarakat, demi terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pungkas Sahir.
Podcast ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran tentang program KKN dan mendorong lebih banyak dukungan serta partisipasi dari berbagai pihak untuk mendukung kegiatan serupa di masa mendatang.
Sementara itu, Nuri menyoroti pentingnya keterlibatan langsung dengan masyarakat dan bagaimana program ini telah memperluas wawasannya tentang berbagai isu sosial dan budaya yang beragam, “Kami terkesan dengan kehangatan dan keramahan masyarakat setempat, yang membuat kami merasa diterima seperti keluarga. Kami juga belajar banyak tentang budaya dan adat istiadat lokal yang memperkaya pengetahuan kami, sehingga indah terasa bentuk representasi dari bhinneka tunggal Ika terimplementasi nyata ditengah-tengah masyarakat”. Ujar Nuri.
Nuri juga menyampaikan rasa terimakasih dan permohonan maaf serta rasa kerinduannya yang mendalam kepada keluarga dan teman-teman. “Terimakasih tak terhingga kami ucapkan kepada masyarakat Aceh Singkil yang sangat antusias menerima kami dengan baik, kami juga memohon maaf bila selama kami disini ada kesalahan dengan masyarakat setempat. Kami harap hubungan silaturahmi antara mahasiswa dengan masyarakat ini terus berkelanjutan meski KKN telah berakhir. Karna memang mengingat waktu yang dipisahkan jarak ini akan selalu menitip rasa rindu kepada keluarga dan teman-teman dikampung halaman” tutup Nuri. (Humas UTU).