MEULABOHUTU | Pengusaha multinasional asal Aceh Utara, Ismail Rasyid, SE., M.MTr mengisi kuliah umum kewirausahaan di Universitas Teuku Umar. Kegiatan tersebut berlangsung di Auditorium Teuku Umar, Gedung Kuliah Terintegrasi, Kampus UTU, Selasa (6/2/2024).

Kegiatan ini diikuti oleh ratusan civitas akademika UTU dan juga para undangan dari berbagai instansi pemerintah,  sejumlah pengusaha, insan pers dan lainnya.

Studium Generale dibuka oleh pidato singkat Rektor UTU Prof. Dr. Ishak Hasan, M.Si yang dengan hangat menyambut kedatangan Ismail Rasyid di UTU.  Prof. Ishak Hasan  menyampaikan rasa terima kasih kepada Ismail Rasyid yang dapat menyempatkan waktunya untuk berkunjung dan berbagi ilmu dan pengalaman kepada mahasiswa UTU.

Rektor juga menyampaikan harapannya agar kuliah umum tersebut dapat mendukung visi UTU sebagai sumber inspirasi dan referensi dalam bidang agro and marine industri dengan menghasilkan lulusan entrepreneur yang dapat bermanfaat bagi negara dan bangsa.

Diberitakan sebelumnya, pada akhir Januari 2024 lalu, Ismail Rasyid melakukan lawanan bisnis ke Italia, Prancis, dan Inggris. Salah satunya adalah untuk mengurus order pengangkutan satu unit alat berat seberat 129 ton dengan panjang 29 meter dan diameter 5 meter.

Barang yang yang diproduksi di pabrik alat berat di Milan, Italia ini akan dibawa ke Surabaya Indonesia, dengan melalui jalan darat, sungai, dan laut. Butuh dua hari perjalanan darat untuk membawa barang ini dari pabrik menuju ke pelabuhan sungai.

Dengan menggunakan tongkang, barang ini kemudian ditransfer menuju pelabuhan utama di laut dan akan dimuat ke atas mother vessel, untuk selanjutnya dibawa menuju ke Surabaya Indonesia.

Di hadapan ratusan peserta kuliah umum, Ceo Trans Continent tersebut dalam pemaparannya menyampaikan materi yang berjudul “Mengelola Korporasi Logistik Global di Tengah Ketidakpastian Ekonomi: PT Trans Continent Experience”.

Dalam kesempatannya Ismail Rasyid banyak mengulas tentang rantai pasokan barang (supply chan) dengan menampilkan peta dunia yang menunjukkan titik-titik penting yang sangat berpengaruh dalam distribusi barang seperti terusan suez, terusan panama dll.

Dalam Industri manufakturing, kegiatan utamanya adalah mengkonversikan berbagai bahan mentah serta bahan-bahan pendukungnya menjadi barang jadi dan mendistribusikannya kepada pelanggan. Dengan menjalankan kegiatan tersebut, maka apa yang disebut dengan Supply Chain atau Rantai Pasokan pada dasarnya telah terbentuk.

Namun bagi sebuah perusahaan manufakturing, kegiatan Supply Chain atau Rantai Pasokan ini perlu dijalankan dengan efektif dan efisien sehingga diperlukan Manajemen yang Profesional dalam pelaksanaannya.

dalam menjalankan bisnis supply chain, Ismail Raysid menjelaskan beberapa strategi membangun rantai pasok yang efisien yaitu menpower (SDM), equipment (peralatan) dan system (software & hardware)

Peningkatan kemampuan dan kecepatan adaptasi terhadap dinamika dalam lingkup domestik, region, dan global itu sangat penting, hal itu dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan bahasa dan lainnya.

berikutnya membangun jejaring kerja sama dan penguasaan rantai pasok global. Keberadaan dalam rantai pasok global memang berisiko, namun dengan penguasaan yang baik justru memudahkan untuk mengatasi disrupsi.

Berikutnya hilirisasi untuk meningkatkan nilai jual komoditas. Pengembangan industri hilir sangat perlu untuk memperkuat struktur industri dan mengurangi ketergantungan bahan baku. Selanjutnya pemanfaatan teknologi informasi perlu ditingkatkan untuk mendukung efisiensi dan efektivitas logistik dan rantai pasok, serta untuk mengembangkan dan memperkuat rantai pasok domestik sebagai upaya mengurangi ketergantungan rantai pasok global

Ismail Rasyid mengajak para mahasiswa Universitas Teuku Umar untuk berani memulai bisnis. Namun dalam berbisnis ada beberapa proses bisnis dan peluang dari golobal supply chain diantaranya expertise, trust, networks, smart, focus, committed dan transformation. “ketekunan, prilaku jujur, jaringan, fokus dan keseriusan secara profesional untuk membangun usaha agar dipercaya oleh berbagai pihak, menjadi modal utama dalam membangun bisnis,” kata Ismail Rasyid.

Ia juga berbicara tentang masa lalunya yang sulit, beliau kemudian bercerita tentang berubahnya era zaman dahulu dengan era masa kini. “adik-adikku sekalian, zaman terus berubah dan kita harus siap dengan setiap perubahan itu, saya dulu ketika kuliah juga penuh dengan “perjuangan” karena himpitan ekonomi keluarga, namun semangat pantang menyerah itu yang kemudian membawa saya pada titik saat ini,” Lanjuta Ismail Rasyid.

Beliau menyebutkan bahwa di era sekarang, kegiatan perkenomian sedang dipegang oleh “generasi X” yang merupakan kelompok generasi dengan rentang usia 25-45 tahun. Tetapi  diramalkan 10 sampai 20 tahun kedepan, roda perkenomian akan jatuh ke generasi millennial yaitu generasi yang tumbuh dimana teknologi berkembang dengan pesat dan mudahnya akses informasi.

Generasi millenial yang berperilaku lebih konsumtif harus diwaspadai dan juga dibarengi pertumbuhan entrepreneur di Indonesia. Perkembangan teknologi yang mengarah pada mekanisasi perkerjaan akan membuat ribuan perkerjaan manusia tergantikan oleh mesin, maka dari itu dibutuhkan sumber daya manusia yang dapat menciptakan ribuan  perkerjaan lainnya lewat entrepreneurship.

Ismail Rasyid yang memiliki karyawan tetap lebih dari 400 orang ini mengaku menjalankan aktivitas bisnisnya terintegrasi dengan sistem teknologi informasi. “Maka saat ini aktivitas saya lebih banyak membuka jaringan, terutama dengan membuka kantor cabang dan melebarkan sayap unit bisnis dengan tetap mempertahankan profesionalisme sebagai komitmen awal dalam membangun bisnis,” terangnya.

Beliau bercerita tentang bagaimana ia ‘diciptakan’ sebagai seorang entrepreneur setelah merasa bertanggung jawab terhadap kondisi keuangan keluarganya. Ia juga menambahkan bahwa menjadi entrepreneur itu adalah tentang bagaimana seorang individu dapat membaca peluang yang ada.

”Semua orang bisa jadi pengusaha. Caranya bagaimana? Caranya, satu, bisa membaca peluang, kalau ada peluang, dilihat, dibaca, ditangkap peluang. Itulah dasarnya entrepreneurship,” lalu ia menambahkan, “kalau tidak ada peluangnya, ciptakan”.

Ismail Rasyid lalu menegaskan bahwa usaha tidak harus didasari dari sesuatu yang disukai atau sesuai dengan latar belakang pendidikan, banyak sekali pengusaha yang latar belakang pendidikannya berbeda.

“Semua orang punya hak untuk menjadi pengusaha, dan semua orang berkesempatan untuk sukses menjadi pengusaha,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa semua orang dapat memulai menjadi pengusaha tanpa butuh adanya modal. “Uang bukanlah modal utama menjadi seorang pengusaha, entrepreneurship hanya butuh tiga hal,  yaitu finansial, jejaring sosial dan sumber daya manusia yang baik, pengusaha juga harus terbiasa dengan jatuh bangun. Jadi tidak ada yang namanya jadi pengusaha itu harus modal uang“. Tegas Ismail Rasyid

Dalam kesempatan tersebut, Ismail Rasyid juga menunjukkan sejumlah peluang yang dapat ditangkap oleh Aceh agar pembangunan kawasan dan ekonomi dapat berkembang, diantaranya ia menunjukkan peluang kerjasama dengan kepulauan andaman, dimana kawasan andaman (India) yang secara geografis sangat dekat dengan Aceh, sementara kehidupan sosialnya tidak jauh berbeda dengan masyarakat Aceh, kebutuhan dasarnya seperti kelapa, padi dan lain-lain itu bisa kita pasok dari Aceh.

“Kita memiliki pelabuhan bebas Sabang, namun aktivitasnya masih sangat sepi, juga jika diakumulasinya dengan beberapa pelabuhan di Aceh, jumlah komuditi yang kita ekspor masih sangat terbatas, inilah peluang yang dapat kita gerakkan bersama kedepan demi tumbuhkembangnya ekonomi di Aceh. Untuk itu diperlukan dukungan dan kerjasama dari semua stakeholder di Aceh termasuk dari perguruan tinggi,” tutup Ismail Rasyid.

Setelah diadakan kuliah umum kewirusahaan ini, moderator yang dibawakan oleh Veni Nella Syahputri, M.Pd (Dosen FISIP) berharap materi yang disampaikan bapak Ismail Rasyid ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi mahasiswa yang hadir.

Antusias mahasiswa yang mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir ini ditunjukkan lewat banyaknya yang mengacungkan tangan pada sesi tanya jawab. Narasumber kemudian menanggapi para penanya dengan lugas sambil memberikan sourvenir yang sangat berharga bagi para mahasiswa atau penanya. (Aduwina Pakeh / Humas UTU).