Banda Aceh – UTUNews | Sektor perikanan dan keluatan Provinsi Aceh memiliki potensi yang sangat besar. Namun sektor ini belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal. Dalam rangka mengoptimalkan potensi tersebut, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar (FPIK UTU) melakukan penandatanganan Memorandun of Agreement (MoA) dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh. Kegiatan penandatangan MoA dilaksanakan di ruang rapat Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh, Jumat, 24 Januari 2024. Hadir dalam kegiatan tersebut, Dekan FPIK UTU, Prof. Dr. Ir. Ismail Sulaiman, S.TP., Maitrise., M.Sc., IPU. dan Afrizal Hendri, S.Pi., M.Si. dan Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UTU, Herri Darsan, S.T., M.T. Sedangkan dari DKP Aceh dihadiri oleh Kepala DKP Aceh, Aliman, S.Pi., M.Si., dan para pejabat di lingkungan DKP Aceh.

Dekan FPIK UTU, Prof. Ismail Sulaiman kepada Humas UTU mengatakan bahwa kegiatan penandatangan MoA antara FPIK UTU dan DKP Aceh merupakan upaya UTU untuk berkontribusi dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan di Provinsi Aceh. Rencana inisiatif strategis ini difokuskan pada pulau binaan untuk pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan di Provinsi Aceh dengan prinsip berkelanjutan, inovatif, dan inklusif.

“Pulau Binaan ini merupakan wujud nyata dari tridarma perguruan tinggi yang kami jalankan. Ini juga menjadi komitmen UTU untuk berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan di Aceh. Kami yakin, melalui kolaborasi dengan DKP Aceh, DKP Kabupaten Aceh Jaya, Lembaga Panglima Laot, program ini dapat memberikan dampak positif yang luas,” ujar Prof. Ismail Sulaiman.

Menurut Prof. Ismail Sulaiman, rencananya program pembinaan akan dilaksanakan di Pulau Reusam, Kabupaten Aceh Jaya. Nantinya kegiatan akan berfokus pada lima pilar utama, yakni, pendidikan, penelitian, pengembangan, pengabdian kepada masyarakat, dan konservasi. Masing-masing pilar dirancang untuk memberikan dampak signifikan bagi masyarakat pesisir sekaligus mendukung pengelolaan ekosistem laut yang lebih baik.

Ketua tim program adopsi Pulau Reusam, Afrizal Hendri, S.Pi., M.Si. mengatakan bahwa audiensi ini juga membahas kolaborasi antara UTU dan DKP Aceh dalam mengintegrasikan pulau binaan ke dalam program kerja Pemerintah Aceh dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Sinergi ini mencakup penyediaan data dan informasi berbasis riset, fasilitasi pendanaan, serta pendampingan teknis bagi masyarakat setempat.

Menurut Afrizal Hendri, nantinya pengembangan pulau binaan difokuskan pada beberapa aspek, seperti, aspek pendidikan dimana FPIK UTU akan menjadi katalisator dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di wilayah pesisir. Program pendidikan dirancang untuk memberikan pelatihan teknis kepada masyarakat, seperti pengelolaan budidaya laut, teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan, dan manajemen pascapanen. Selain itu, FPIK UTU juga akan melibatkan mahasiswa dalam kegiatan belajar berbasis proyek di pulau binaan sebagai bagian dari kurikulum akademik.

Untuk bidang riset, kata Afrizal Hendri, nantinya akan difokuskan pada kajian keanekaragaman hayati laut,teknologi budidaya yang efisien dan berkelanjutan, pengembangan produk perikanan bernilai tambah.

“Data riset ini akan menjadi dasar dalam merumuskan kebijakan strategis di sektor kelautan dan perikanan,” ujar Afrizal Hendri.

Pulau Reusam nantinya akan menjadi model kawasan pengembangan ekonomi berbasis kelautan yang berkelanjutan. FPIK UTU bersama DKP Aceh, DKP Kabupaten Aceh Jaya, Lembaga Panglima Laot, serta stakeholder lainnya akan mendorong pembangunan infrastruktur pendukung, seperti pusat pengolahan hasil laut, blue corner bersama, dan instalasi energi terbarukan. Inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui diversifikasi ekonomi lokal.

Afrizal Hendri, M.Si., menambahkan untuk program pengabdian kepada masyarakat di Pulau Binaan nantinya akan dilaksanakan pelatihan manajemen usaha bagi nelayan, pengembangan koperasi berbasis komunitas pesisir, edukasi lingkungan untuk anak-anak dan pemuda setempat. Kegiatan pengabdian nantinya menggunakan pendekatan partisipatif dimana masyarakat diharapkan memiliki peran aktif dalam menjaga keberlanjutan pulau.

Sementara itu untuk konservasi dilakukan pada wilayah yang rentan terhadap kerusakan ekosistem di Pulau Binaan. Program konservasi meliputi restorasi ekosistem terumbu karang dan lamun, kampanye zona perlindungan laut, peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pelestarian lingkungan. Langkah-langkah tersebut akan memastikan keberlanjutan sumber daya laut untuk generasi mendatang. [HUMAS UTU]

Editor: Yuhdi Fahrimal | Foto: Afrizal Hendri.