MEULABOH – UTU | Tim pengabdian dari Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar melakukan implementasi model integrasi perkebunan sawit, peternakan sapi dan perikanan tambak dalam upaya menjaga kestabilan pendapatan petani kelapa sawit di Gampoeng Teupin Panah Kecamatan Kaway XI Aceh Barat.
Kegiatan ini di mulai dengan pembangunan kandang sapi di areal kebun sawit salah satu petani dan melakukan penawaran mawah sapi kepada para investor. Kemudian di lanjutkan dengan pembangunan ikan nila dan kolam ikan lele.
Adapun tim dosen UTU yang terlibat dalam program ini yaitu sebanyak 8 orang yang berkompeten di bidang masing-masing, di antaranya: (1) Program Integrasi Perkebunan Kelapa Sawit, Peternakan Sapi dan Perikanan Tambak (Dr. Syahril, S.E., M.Si); (2) Peguatan kewirausahaan petani sawit (Dr. Saiful Badli, S.E., M.Si) ; (3) Penguatan konsep mawah dalam usaha peternakan sapi di areal kebun sawit (Dr. Helmi Noviar, S.E., M.Si); (4) Potensi pengembangan kebun sawit berbasis optimalisasi produktivitas lahan (Dr. Muhammad Jalil, S.P., M.P.).
Selanjutnya strategi akses modal petani sawit, peternakan sapi dan perikanan tambak (Dr. Mardaleta, S.E., M.Kes); (6) Potensi pengembangan tambak ikan di areal kebun sawit berbasis peningkatan pendapatan petani (Ir. T. Amarullah, M.Pi); (7) Pemberdayaan dan pengolahan kotoran sapi menjadi biogas (Arie Saputra, S.T., M.Si); dan (8) Potensi peternakan sapi di areal kebun sawit berbasis peningkatan produktivitas lahan (Mutawali, S.Pt., M.Si dan Mudasir, S.Pt., M.Si).
Kotribusi Tim Pengabdian UTU dalam melakukan pendampingan, diantaranya pembuatan kandang sapi berserta prosesi investasi mawah sapi, pembangunan kolam ikan nila dan lele beserta perlepasan bibit.
Selama ini petani sawit hanya mendapatkan pendapatan dari hasil penjualan Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit. Fluktuasi harga TBS sangat mempengaruhi dan menentukan keseimbangan pendapatan petani. Permasalahan rendahnya harga TBS langsung berdampak pada menurunnya pendapatan petani dan bahkan ketika posisi harga di bawah Rp.1.000,- per kilogram (bahkan ada posisi harga Rp. 400 per kilogram) tidak mampu menutupi biaya operasional pengelolaan perkebunan sawit.
“inilah menjadi alasan bagi Tim UTU melakukan pengabdian di Gampoeng Teupin Panah Kecamatan Kaway XVI Aceh Barat sebagai Pailot Project dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat,” jelas Doktor Syahril kepada Humas UTU
Program ini bertujuan bagaimana meningkatkan produktivitas lahan dan produktivitas tenaga kerja keluarga. Program peternakan sapi di areal perkebunan sawit mendukung pada efisiensi pengelolaan usaha kebun sawit mencapai 50 persen, diantaranya efisiensi penyemprotan gulma dan pemanfaatan kotoran ternak menjadi pupuk. Ketika dikembangkan peternakan sapi gulma tidak perlu dilakukan penyemprotan dan hanya perlukan pembabatan jenis gulma atau rumput yang tidak dimakan sapi.
Program ini kedepanya diharapkan bisa mendukug perkebunan sawit berkelanjutan khususnya di Sumatera. Program ini sangatlah menguntungkan bagi peternak sapi dengan di dukung oleh kebijakan pemerintah dan juga para peternak rakyat dan perusahan perkebunan. (Humas UTU).