MEULABOH – UTU | Presiden Mahasiswa Universitas Teuku Umar Periode 2007-2008, Giyanto, SKM., M.Kes terpilih dan dilantik menjadi komisioner Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh Barat periode 2023-2028. Pelantikan tersebut berlangsung di Aula Cabdin Pendidikan Aceh Barat, Meulaboh, Kamis (13/7/2023).
Terpilihnya Giyanto sebagai komisioner KIP Aceh Barat juga melanjutkan trend positif dan kebanggaan tersendiri bagi keluarga besar alumni Universitas Teuku Umar, dimana pada periode KIP Aceh Barat sebelumnya juga pernah diisi oleh mantan presiden mahasiswa UTU atas nama Sabki Mustafa Habli, S.Sos, bahkan ia berhasil duduk untuk dua periode yaitu periode 2013 – 2018 dan 2018-2023.
Rektor UTU, Dr. Drs. Ishak Hasan, M.Si mengungkapkan kebanggaannya kepada alumni yang berhasil mengisi posisi penting dalam masyarakat.
“Kami bangga lulusan kami bisa menjabat terpilih dan dilantik menjadi komisioner KIP Aceh Barat,” Kata Rektor
Dikatakan terpilihnya lulusan UTU tersebut menjadi pejabat KIP /KPU ini, memberikan tanda jika lulusan Universitas Teuku Umar memiliki kualitas dan daya saing yang tinggi di dunia kerja.
“Ini membuktikan lulusan kita memiliki kualitas,” terang nya.
Rektor berharap, dengan capaian tersebut menjadi salah satu motivasi masyarakat untuk kuliah di kampus Universitas Teuku Umar, pasalnya lulusan UTU adalah lulusan yang bisa diandalkan, dan memberikan manfaat untuk masyarakat luas.
Sementara itu, sejak Kamis pagi (13/07) ucapan selamat dan doa kepada Giyanto yang pernah menjabat Kepala SMP IT Darul Huda Meulaboh ini terus berdatangan baik melalui media sosial maupun berbagai ucapan lain.
Salah satunya ucapan selamat disampaikan Dekan dan Civitas Akademika FKM UTU melalui papan bunga yang terpajang di depan gedung Cabdin Aceh barat tempat pelantikan berlangsung.
“Selamat & Sukses atas pelantikan Giyanto, SKM., M.Kes /Alumni FKM UTU sebagai Anggota KIP Aceh Barat Periode 2023-2028, semoga sukses mengemban amanah,” bunyi pesan tersebut.
*Profil Komisioner Giyanto*
Giyanto merupakan alumni S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar. Sejak kecil, pria kelahiran Aceh Barat, 13 Februari 1987 ini tumbuh besar bersama keluarga sederhana dan religius. Orang tuanya bekerja sebagai petani. Dia anak pertama dari 4 bersaudara. Meski berasal dari keluarga sederhana, orang tuanya senantiasa memiliki prinsip agar semua anaknya dapat melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi sehingga dapat bermanfaat kepada agama, nusa dan bangsa.
Pak Gi, demikian panggilan akrabnya, masuk Universitas Teuku Umar tahun 2006, meski sebelumnya telah ikut belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) sejak tahun 2005, dimana kemudian FKM ikut menjadi bagian dari Universitas Teuku Umar. Ia termasuk aktivis mahasiswa generasi perdana yang memprakasai perjuangan lahirnya Izin Operasional Universitas Teuku Umar dan ikut berjuang eksistensi kampus baik dalam bidang pembangunan infrastruktur maupun pengembangan sumber daya manusia.
Bersama sejumlah aktivis mahasiswa UTU lainnya, Giyanto turut serta dalam pembentukan lembaga kemahasiswaan di UTU yaitu Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) yang kemudian mengantarkannya sebagai Presiden Mahasiswa perdana setelah memenangi pemilihan raya (Pemira) yang diikuti 3 pasangan kandidat.
Sebagai Presma perdana, tentu perjuangannya sangat berat apalagi pada masa itu fasilitas dan infrastruktur kampus sangat terbatas. Giyanto dan kawan-kawan lainnya ikut berjuang mendorong Universitas Teuku Umar menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Meski cita-cita tersebut baru terwujud 3 tahun setelah ia menyandang status sarjana kesehatan masyarakat pada tahun 2011.
Setelah sah sebagai alumni, ia sempat mengabdi sebagai staf bakti di LPPM-PMP Universitas Teuku Umar sebagai tenaga pendukung Badan Pelaksana Kuliah Kerja Nyata (KKN). Pengabdian tersebut berlangsung dalam kurun waktu 2011-2012.
Kemudian pada tahun 2014, ia melanjutkan pendidikan jenjang Magister di Universitas Diponegoro, semarang, Jawa Tengah, hingga ia berhasil menyandang gelar M.Kes dengan kemampuan ahli dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Pengalaman, ilmu dan berbagai aktivitas sewaktu kuliah masih membekas dalam diri Giyanto. Dia tidak dapat pernah lupa pengalaman atau kegiataan berdemontrasi, mulai isu-isu kampus hingga isu-isu nasional. Semasa kuliah, Giyanto sangat aktif berorganisasi baik di intra kampus (Presma UTU) dan ekstra kampus ( Solidaritas Mahasiswa Bela Pendidikan (SOMBEP) Aceh Barat. Dan, advokasi isu-isu sosial dan pendampingan masyarakat di Aceh Barat.
“Saya sangat berterima kasih bisa kuliah di UTU dan berjuang bersama dengan rekan-rekan. UTU telah memberikan pengalaman yang sangat berarti dalam kehidupan saya. Sselain pengalaman ilmu, pengalaman yang sangat berarti dan bermanfaat bagi kehidupan saya adalah menjadi seorang aktivis, ikut kegiatan kemahasiswaan mulai dari aktivis demonstrasi sampai aktif di organisasi mahasiswa,” jelas awardee LPDP ini
Giyanto sadar bahwa seorang aktivis sering kali dipersepsikan negatif. Mulai jarang kuliah, IP rendah, tidak lulus, kerjaanya demonstrasi, dan sebagainya. Ternyata, tidak semua aktivis selalu begitu. Ia termasuk mementahkan persepsi negatif tersebut. Dia berhasil kuliah tepat waktu, bisa melanjutkan S2 sampai bisa lulus.
“Sewaktu saya kuliah di UTU ada banyak dosen yang meluangkan waktunya untuk membimbing, berdiskusi mulai dari materi kuliah, organisasi gerakan mahasiswa, gerakan sosial, satu diantaranya Drs. Alfian Ibrahim MS (Rektor UTU Periode 2006-2010 dan 2012-2014),” pungkasnya. (Aduwina Pakeh).