Menjadi pusat unggulan riset dan pengembangan berbasis tanaman Kaliandra dalam mendukung transisi energi baru terbarukan yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan berdaya saing global, serta mendorong kemandirian energi masyarakat berbasis kearifan lokal.
~
Melaksanakan riset dan inovasi terapan dalam pengembangan Kaliandra sebagai sumber energi terbarukan melalui biomassa, wood pellet, dan sistem co-firing yang ramah lingkungan.
Mendorong diversifikasi produk turunan Kaliandra, termasuk wood pellet untuk energi bersih, daun sebagai pakan ternak sapi, kambing, dan ikan, serta bunga sebagai sumber nektar madu linot berkualitas tinggi.
Mengembangkan sistem budidaya Kaliandra yang produktif, efisien, dan berkelanjutan berbasis kearifan lokal untuk mendukung ketahanan energi dan ekonomi masyarakat.
Meningkatkan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan, pendampingan teknis, serta diseminasi teknologi pengolahan hasil riset Kaliandra.
Membangun kolaborasi dan kemitraan strategis dengan dunia industri, pemerintah, komunitas petani, dan institusi akademik dalam pengembangan ekosistem energi baru terbarukan.
Mengintegrasikan aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial dalam setiap kegiatan pusat riset guna mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya energi bersih, produksi berkelanjutan, dan pengentasan kemiskinan.
Energi Baru Terbarukan
Sumber energi yang ramah lingkungan, selama ini lekat disematkan pada energi panas bumi. Padahal, Indonesia yang memiliki jutaan hektar hutan tropis, memiliki sumber daya alam hayati yang bisa dijadikan sumber energi baru terbarukan (EBT) yaitu Tanaman Kaliandra dan Gamal. Potensi tanaman ini sebagai sumber EBT, nyaris belum dilirik. Padahal, di negara-negara Eropa, tanaman ini sudah dijadikan sumber energi pembangkit listrik dengan mengolah Batang dan dahan Kaliandra dibuat jadi Wood Chip dan Wood Pelet.
Wood Pelet dan Wood Chip Kaliadra Sebagai EBT Biomassa
Pelet kayu dianggap lebih ramah lingkungan daripada batubara. Wood pellet atau pelet kayu dari Kaliandra dianggap carbon neutral. Daripada bahan bakar gas (BBG), emisi CO2 yang dihasilkan pelet kayu 8 kali lebih rendah. Sedang dibandingkan bahan bakar minyak (BBM), emisi CO2 pelet kayu 10 kali lebih rendah. Sehingga tak heran, tren pelet kayu sebagai EBT biomassa menjadi alternatif energy. Potensi EBT di Indonesia secara keseluruhan mampu menghasilkan 144 gigaWatt. Walau kini target yang tercapai baru tercapai, 2% atau 8,89 gigaWatt.
Kebun Riset Kaliandra diresmikan pada 15 Juli 2022 lalu oleh Vice Presiden lingkungan PT. PLN Ajrun Karim M.MT, General Manager PLN Unit Induk Sumatra Bagian Utara (UIK SBU) Purnomo, dan manajer PT. PLN Nusantara Power Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Nagan Raya, Zulfan Idris Kaban di lahan Kampus Universitas Teuku Umar dan Rektor senior yang juga Ketua pengarah tim riset kaliandra UTU, Prof. Dr. Jasman J. Ma’ruf, SE, MBA, Ketua Tim Riset Kaliandra Herri Darsan, ST., MT. Harapan dari Rektor UTU Dr. Drs. Ishak Hasan, M.Si ke depan para petani Kaliandra bisa meningkatkan penghasilan dari kebun kaliandra tersebut selain batangnya bisa di jual ke PLTU sebagai Bahan Baku Co-Firing daun Kaliandra juga sangat bagus untuk Pakan ternak hewan dan ikan, serta Madu Linot bisa meningkatkan perekonomian Masyarakat.
Terima Kasih kepada PT. PLN NP UPK Nagan Raya dan Universitas Teuku Umar dalam mendukung pusat riset Kaliandra sehingga bisa bermanfaat untuk masyarakat luas